BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari : sel-sel mesoteliat, jaringan ikat, pembuluh-pembuluh darah kapiler, dan pembuluh-pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan mediastinum.
Efusi pleura sering dijumpai. Dalam keadaan normal pleura parietalis menghasilkan cairan yang direabsorpsi oleh pleura viseralis. Kelebihan produksi cairan (misalnya akibat inflamasi) atau gangguan reabsorpsi menyebabkan akumulasi cairan. Gejala sesak napas timbul pada efusi dengan jumlah yang agak banyak.
Pleura mempunyai bentuk anatomi yang kompleks serta risiko kelainan patologi yang besar. Hal ini terlihat pada rongga pleura yang sewaktu-waktu dapat terkena keadaan patologis yang serius seperti efusi karena infeksi, neoplasma, hemotoraks, kilotoraks, empiema dan adanya udara karena pneumotoraks. Sedangkan tindakan peniadaan terhadap rongga pleura ini tidaklah memberikan akibat yang serius. Contoh keadaan ini dapat dilihat pada binatang gajah (mammalia), yang tidak mempunyai rongga pleura, sedangkan rongga yang potensial antara paru-paru dan dinding dada tugasnya digantikan oleh selapis jaringan yang elastis dan avaskular.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa prodi DIII Keperawatan dapat mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi, klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi dari efusi pleura.
2. Mahasiswa prodi DIII Keperawatan dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi pleura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan abnormal dalam rongga pleura rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
Ada beberapa jenis cairan yang bias berkumpul di dalam rongga pleura antara lain darah, nanh, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
1. Hemotoraks
Hemotoraks adalah keadaan dimana terdapat darah dalam rongga pleura dan biasanya terjadi akibat trauma/cidera di dada penyebab lainnya adalah :
- pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura misal darah yang berasal dari pembuluh darah interkostalis/pembuluh pulmoner.
- Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.
- Gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membuka secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang.
2. Empiema
Empiema adalah suatu keadaan dimana terdapat nanah di dalam rongga pleura, bias terjadi jika pneumonia atau abses paru dan menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bias merupakan komplikasi dari :
- Pneumonia.
- Infeksi pada cedera di dada.
- Pembedahan dada.
- Pecahnya kerongkongan.
- Abses di perut.
3. Kilotoraks
Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah bening pada rongga pleura.
Adapun sebab-sebab terjadinya kilotoraks antara lain :
- Kongental
Sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus, tapi terdapat fistula antara duktus torasikus rongga pleura.
- Trauma
Yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau pukulan pada dada (dengan/tanpa fratur).
Yang berasal dari efek operasi daerah torakolumbal, reseksi esophagus 1/3 tengah dan atas, operasi leher, operasi kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.
- Obstruksi
Karena limfoma malignum, metastasis karsinima ke mediastinum, granuloma mediastinum (tuberkulosis, histoplasmosis).
Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap duktus torasikus secara kombinasi. Disamping itu terdapat juga penyakit trombosis vena subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan duktus torasikus dan menyebabkan kilotoraks.
4. Fibrotoraks
Fibrotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan fibrin di dalam rongga pleura yang kemudian menjadi jaringan non elastis dan membuat kedua lapisan pleura jadi melengket satu sama lain. Hal ini disebabkan tidak sempurnanya pengaliran hemotoraks, empiema atau pleuritis tuberkulosa yang lama. Fibrotoraks dapat menyebabkan mengecilnya pengembangan paru dan berkurangnya fungsi ventilasi paru sampai tidak berfungsi sama sekali. Penarikan oleh jaringan fibrin dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan pergeseran mendiastinum kea rah sisi fibrotoraks dan terjadinya hiperinflasi paru kontralateral dan seterusnya mengurangi fungsi respirasinya. Pada anak dengan fibrotoraks dapat terjadi scoliosis dan malah bertahun-tahun kemudian dapat menimbulkan gagal pernafasan (respiratory distress).
Lapisan fibrin yang abnormal sering disebut juga sebagai pleura yang menebal, tapi ini salah karena pleura yang menebal, tapi ini salah karena pleura tidak dapat menebal melainkan ia ditutupi suatu lapisan jaringan padat yang disebut peel. Peel ini berwarna agak kemerahan (jingga) dan dapat dilepaskan dari permukaan paru. Tapi kadang-kadang peel ini melengket dengan kuat pada pleura dan jaringan paru dibawahnya dan hanya dapat dilepaskan dengan operasi/sayatan pembebasan pleura yang dikenal sebagai dekortikasi.
Dulunya dekortikasi ini banyak dikerjakan untuk memperbaiki fungsi paru, tapi sekarang agak jarang karena fibrotoraks dapat dicegah dengan pengaliran keluar dengan segera cairan empiema, hemotoraks dan efusi yang kronis.
2.2 ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru).
Efusi pleura terjadi karena :
1. Hambatan reasorbsi cairan dari rongga pleura karena adanya bendungan. Misalnya : pada decompensasi eordis, tumor mediatinum, penyakit ginjal dan syndrome vena karva superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan karena adanya radang.
Misalnya : Tuberculose, pneumonia
Di Indonesia 80% karena TBC adapun penyebab lain efusi pleura yang lain antara lain :
1. Neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan umumnya menyebabkan efusi pleura.
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma yakni :
- Dengan menumpuknya sel-sel tumor, akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein.
- Adanya masa tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul hipoproteinemia.
2. Kardiovaskuler
- Gagal kongestif
Gagal kongestif (payah jantung) merupakan salah satu penyebab efusi pleura. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan iltrasi pada pleura parietal. Disamping itu peningkatan tekanan kapiler pulmonai akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.
- Emboli pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisiparu yang terkena emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru atau pun tanpa infark. Emboli menyebabkan menurunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan dengan afusi yang berdarah (warna merah).
- Perikarditis
3. Penyakit abdomen.
- Sirosis hepatis
Efusi pleura dapat terjadi pada penderita dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura timbulnya bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Kebanyakan efusi menempati pleura kanan (70%) dan efusi bisa juga terjadi bilateral.
- Sindrow Meig
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium (jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadinya efusi pleura ini masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dibuang, efusi pleura dan asitesnya pun segera menghilang. Adanya massa di rongga pelvia disertai asites dan eksudat cairan pleura sering ditafsirkan sebagai neoplasma dan metastasisnya.
- Dialisis Peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.
4. Infeksi
- Bakteri (bakteri piogenik)
permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding dada atau esofagus.
Bakteri yang sering ditemukan adalah :
Aerob : Streptokokus pneumonia, Streptokokus mileri, Stafilokokus aureus, Hemofilus spp, E. koli, Klebsiela, Pseudomonas spp.
Anaerob : Bakteroides spp, Peptostreptokokus, Fusobaktereium.
- Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja.
Jenis-jenis virusnya adalah : ECHO virus, Coxsackie group, Chlamydia, Rickettsia dan Mikoplasma.
- Jamur (fungi)
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungsi dari jaringan paru.
Jenis fungsi penyebab pleuritis adalah : Aktinomikosis, Koksidioidomikosis, Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmosis, Bilastomikosis.
- Parasit
Parasit yang dapat menginfestsi kedalam rongga pleura hanyalah ameba. Bentuk tropozoitnya dating dari perenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan yang ditimbulkannya.
5. Lain-lain
Lupus erimatosus sistemik
Dari etiologi di atas bisa terjadi yang berbeda :
1. Efusi pleura Transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang sering kali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberculosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bias menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Artritis rematoid
Sindrom nefrotik
Uremia
2.3. PATOFISIOLOGI & WOC
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan ini jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi cairan oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis sebesar 10 cm H2O.
Akumulasi cairan dapat terjadi :
1. Tekanan koloid osmotik menurun dalam darah
Missal : Hypoalbuminemia
2. Terjadi Peningkatan
Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
Tekanan hydrostatic di pembuluh darah ke jantung (kegagalan jantung kiri)
Tekanan negative indra pleura (atelektasis)
WOC
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Gejala lain timbul nerdasarkan penyakit dasarnya seperti :
• Bising jantung (pada payah jantung)
• Lemas yang progresif disertai berat badan yang menurun (pada neoplasma)
• Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (karsinoma bronchitis)
• Tumor di organ lain (metastasis)
• Demam subfebril (pada tuberculosis)
• Demam menggigil (pada empiema)
• Asites (pada sirosis hepatitis)
• Asites dengan tumor di pelvis (pada sindrom Meig)
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuatdiagnosa efusi pleura antara lain :
1. Rontgen dada
Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis ofusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.
2. USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan. Jumlahnya sedikit dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.
3. CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis.
Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diuagnostik maupun terapeutik.
Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah paru di sela iga IX garis aksilaris posterior dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru.
Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.
5. Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Komplikasi biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
6. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-xantho-ctrorne Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena ameba
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Transudat Eksudat
- Kadar protein dalam efusi (g/dl)
- Kadar protein dalam efusi
Kadar protein dalam serum
- Kadar LDH dalam efusi (I.U)
- Kadar LDH dalam efusi
Kadar LDH dalam Serum
- Berat jenis cairan efusi
- Rivalta < 3.
< 0,5
< 200
< 0,6
< 1,016
negatif > 3.
> 0,5
> 200
> 0,6
> 1,016
positif
Di. samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia diperiksakan juga pada cairan pleura :
- kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
- kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis adenokarsinoma.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
- Sel neutrofil : menunjukkan adanya infeksi akut.
- Sel limfosit : menunjukkan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum
- Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.
- Sel mesotel maligna : pada mesotelioma
- Sel-sel besar dengan banyak inti : pada arthritis rheumatoid
- Sel L.E : pada lupus eritematosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli, Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.
Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanys dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.
Pemeriksaan Laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Cairan Pleura
Hitung sel total
Protein total
Laktat dahidrogenase
Pewarnaan Gram dan tahan asam
Biakan
Glukosa
Amylase
pH
Sitologi
Hematokrit
Komplemen
Preparat sel LE Hitung diferensial, hitung sel darah merah, sel jaringan
Rasio protein cairan pleura terhadap seum > 0,5 menunjukkan suatu eksudat
Bila terdapat organisme, menunjukkan empiema
Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur dan mikobakteria harus ditanam pada lempeng
Glukosa yang rendah (< 20 mg/dL) bila gula darah normal menunjukkan infeksi atau penyakit reumatoid
Meningkat pada pankreatitis, robekan esofagus
Efusi parapneumonik dengan pH > 7,2 dapat diharapkan untuk sembuh tanpa drainase kecuali bila berlokusi. Keadaan dengan pH < 7,0 menunjukkan infeksi yang memerlukan drainase atau adanya robekan esophagus.
Dapat mengidentifikasineoplasma
Pada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat membantu membedakan hemotoraks dari torasentesis traumatik
Dapat rendah pada lupus eritematosus sistemik
Bila positif, mempunyai korelasi yang tinggi dengan diagnosis lupus aritematosus sistemik
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain
8. Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru.
9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau tuberculosis pleura.
Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan beberapa biopsy.
2.6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka periu diiakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau seJang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Penanganan Akut dan Penanganan Kronis Pada Efusi Pleura
Penanganan akutefusi pleura. Penanganan yang pasti terdiri atas pengenalan dan terapi penyakit primer secara cepat.
A. Efuai pleura simtomatik membutuhkan drainase cairan dengan torasentesis atau torakotomi pipa. Tak lebih dari 1-1,5 L cairan boleh dibuang sekaligus untuk mencegah edema paru-paru akibai reekspansi. Bila jumlah yang lebih banyak ingin dikeluarkan, harus ada selang waktu 1 jam di antara tiap tindakan drainase.
B. Empiema, suatu efusi eksudatif yang terinfeksi, memerlukan drainase lewat torakotomi pipa tertutup kalau efusi berlokulasi atau kalau pH caiian pleura kurang dari 7,2.
Penanganan kronis efusi pleura
A. Efusl yang mengalir bebas (misalnya, efusi yang menyertai asites, efusi parapneumonik dengan pH > 7,2) biasanya sembuh setelah penyakit yang mendasari diobati dan tidak membutuhkan terapi khusus.
B. Efusi berulang yang luas misalnya yang menyertai neoplasma dapat membutuhkan drainase berulang kali dengan torasentesis atau torakotomi pipa. Bila efusi terbentuk kembali setelah 2 atau 3 kali dilakukan drainase, harus dicoba skleroterapi dengan bahan kimia misalnya tetrasiklin, 50 mg dalam 50 mL garam faal, atau mekloretamin, 10 mg dalam 50 mL air steril.
C. Efusi yang berlokulasi dan empiema membutuhkan drainase. Torakotomi pipa biasanya sudah memadai, tetapi kadang-kadang diperlukan drainase bedah.
Adapun penanganan pada :
1. Empiema
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluardari pleura (dekortikasi).
2. Hemotoraks
Jika darah memasuki rongga pleurahempotoraks biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan
3. Kilotoraks
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
2.7. KOMPLIKASI EFUSI PLEURA
A. Infeksi. Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat rrangakibatkan
infeksi (empiema primer), dan efus pleura dapat menjadi terinfeksi setelah
tindakan torasentesis {empiema sekunader). Empiema primer dan sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui.
B. Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi dengan
membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-reseksi
pleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi infeksi
dan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik dilakukan
dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena selama
jangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan baik
(fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah.
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
- Riwayat
Efusi pleura harus dicurigai pada pasien yang mengeluh nyeri dada atau dispnea. Bila efusi pleura telah dipastikan melalui pemeriksaan fisik dan radiografi toraks, harus dicari kemungkinan penyebab utamanya lewat anamnesis.
- Pemeriksaan Fisik
1. Palpasi toraks dapat memperlihatkan sisi toraks yang mengalami efusi terlambat berekspansi
2. Perkusi pada daerah efusi memperlihatkan bunyi pekak. Fremitus taktil tak ada.
3. Auskultasi mengungkapkan berkurang atau hilangnya bunyi nafas pada daerah efusi. Atelektasis pada batas efusi dapat menimbulkan egofoni (perubahan « I » ke « E »).
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola napas yang berhubungan dengan ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura.
Intervensi keperawatan :
1. Identifikasi faktor penyebab/pencetus seperti trauma, keganasan, infeksi dan komplikasi dari mekanisme ventilasi yang berubah.
Rasional : dengan mengetahui penyebab dapat ditentukan terapi yang tepat.
2. Observasi pernafasan, catat kecepatan dan kedalaman nafas, adanya dispneu, sianosis dan perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : perubahan dalam kedalaman dan kecepatan pernafasan serta perubahan tanda-tanda vital dapat mengarah pada keadaan shock karena hipoksia, stress dan nyeri.
3. Auskultasi suara nfas dan adanya suara nafas tambahan
Rasional : kemungkinan suara berkurang atau hilang di lobus, segmen paru, seluruh paru atau sebagian. Pada bagian yang atelektasis tidak terdengar suara nafas dan pada bagian yang kolab suara nafas berkurang.
4. Bantu klien dalam latihan nafas dalam dan tekan daerah yang nyeri jika batuk.
Rasional : dengan menekan dada dan perut, membuata batuk lebih efektif dan mencegah traumatic, sedangkan nafas dalam untuk melatih ekspansi paru.
5. Atur posisi yang nyaman
Rasional : Memberikan kesempatan paru untuk mengembang secara maksimal.
6. Berikan support mental dan Bantu kliem dalam mengatasi kecemasan
Rasional : Kecemasan dapat timbul karena kesukaran bernafas dan mempengaruhi hypoksia.
Kolaborasi :
7. Foto thoraks ulang
Rasional : memonitor kemajuan dari intervensi yang telah dilakukan dan mengobservasi kemajuan ekspansi paru.
8. Monitor hasil analisa gas darah
Rasional : Memantaustatus pertukaran gas dan ventilasi atau beritahu keperluan untuk perubahan di dalam terapi.
9. Berikan oksigen jika ada indikasi
Rasional : Membantu didalam mengurangi kerja pernafasan, membebaskan kesulitan respirasi dan sianosis sehubungan dengan hypoksia.
2. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi Keperawatan
1. Kaji derajat ketidaknyamanan. Pikirkan suatu skala nyeri dengan pasien. Obati dengan analgesic sesuai pesanan, gunakan skala nyeri untuk mengevaluasi dan mencatat efektivitas obat
2. pantau tanda vital
3. Berikan tindakan nyaman missal pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi / latihan nafas
4. Berikan obat analgesic dan antibiotic
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan suplai oksigen.
Intervensi Keperawatan :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat lapor dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
6. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
4. Gangguan pertukaran gas ybd penurunan suplai oksigen
5. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan post torakosentesis (pungsi plkeura).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan secara abnormal dalam rongga Pleura (rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada).
Ada beberapa jenis cairan yang bisa terkumpul didalam rongga pleura antara lain darah, nanah dan cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
- Hemotoraks (terdapat darah dalam rongga pleura)
- Empiema (terdapat nanah dalam rongga pleura)
- Kilotoraks (terdapat getah bening dalam rongga pleura)
- Fibrotoraks (terdapat getah bening dalam rongga pleura)
- Fibrotoraks (terdapat fibrin dalam rongga pleura)
Adapun etiologi dari efusi pleura adalah sebagai berikut : Neoplasma, kardiovaskuler, penyakit abdomen, infeksi, uremia, sindrom nefrotik, dll.
Dan manifestasi klinisnya tyaitu biasanya sering terjadi:
- sesak
- Nyeri dada
- Bisisng jantung
- Demam menggigil
- Batuk yang kadang2 berdarah dll.
Disamping itu pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
1) Rontgen Dada
2) USG Dada
3) CT Scan Dada
4) Scanninbg Isotop
5) Brankoskopi
6) Torakoskopi
DAFTAR PUSTAKA
- Soeparman dkk.1990. Ilmu Penyakit dalam edisi II jakarta : Balai Penerbit FKUI
- Amin, Muhammad.1989.Pengantar Ilmu Paru Surabaya : Airlangga University Press.
- Stein, Jay H.2001.Panduan Klinik Ilmu Penyakit dalam Jakarta : EGC
- Swearingen.2001. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :EGC.
- www.medicastore.com
Bingung Mencari Peluang Bisnis Yang Benar2 Menghasilkan?
BalasHapusKini telah hadir sebuah Peluang Bisnis Dahsyat
Yang sangat cocok bagi Anda yang :
- Tidak punya waktu untuk bekerja diluar jam kantor!
- Tidak punya bakat untuk jualan/presentasi secara OFFLINE!
- Ingin bisa bisnis TANPA meninggalkan keluarga DIRUMAH!
- Ingin bisnis dengan produk UNIK dan dibutuhkan semua orang!
- Ingin mengendalikan bisnis dimanapun dan kapanpun
selama ada koneksi internet!
- Ingin memanfaatkan internet untuk melipatgandakan penghasilan!
Bergabunglah bersama VSI dengan Founder Ustadz Yusuf Mansur
Dijamin Barokah, Info Selengkapnya Silahkan Klik :
http://leadervsi.com/dedel90
Terimakasih,
Best Regards
Dedel Novindra
dendra.90@gmail.com
085274406051