Minggu, 25 Januari 2009

PENGUASAAN PRIBADI (Personal Mastery)

Mastery berarti suatu pribadi dari individu yang kreatif (proaktif), bukan reaktif. Individu proaktif pada umumnya mempunyai visi pribadi. Tindakan yang dia lakukan tidak mengikuti arus atau didikte oleh pengaruh lingkungan luar, tetapi memiliki kebebasan untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan keyakinannya sendiri. Senantiasa terjadi ketegangan dalam mencapai visi pribadi tersebut. Ada perasaan tidak berdaya ketika akan bekerja menuju visi pribadi.

Personal mastery adalah individu yang mampu mengelola tegangan kreatif (creative tension) antara keinginan untuk mencapai visi pribadi terhadap hambatan perasaan tidak berdaya. Individu dituntut untuk secara terus menerus belajar untuk mengelola tegangan kreatif. Untuk itu, diperlukan anggota-anggota organisasi yang terus belajar, mengembangkan keterampilan dan kompetensinya. Pembelajaran secara terus-menerus akan terjadi apabila dipicu oleh semangat keingintahuan setiap orang itu sendiri. Pembelajaran akan terjadi apabila dimotivasi oleh semangat untuk meningkatkan kapasitas atau keahliannya. Untuk itu, setidaknya ada dua langkah penting yang harus dilakukan. Pertama, setiap orang didorong untuk memiliki visi. Kedua, mereka disadarkan tentang realitas kekinian yang dimilikinya (current reality).

Disiplin Penguasaan Pribadi meliputi sederetan praktek dan prinsip-prinsip. Tiga elemen utamanya adalah: (a). visi pribadi, (b). tegangan kreatif, dan (c). komitmen pada kebenaran.

a. Visi Pribadi. Umumnya setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan, namun tanpa pemahaman visi yang nyata. Mungkin anda mendambakan rumah yang lebih bagus, pekerjaan yang lebih baik, atau segmen pasar yang lebih besar untuk produk anda. Semua ini adalah contoh dari pencurahan perhatian pada alat bukan pada hasil. Misalnya, mungkin anda mendambakan segmen pasar yang lebih besar dan menguntungkan agar perusahaan anda tetap mandiri sesuai dengan kebenaran tujuan yang anda tetapkan sebelumnya. Cita-cita akhir memiliki nilai yang paling utama, sedangkan yang lain merupakan alat pencapaian tujuan akhir yang bisa berubah-ubah seiring dengan perubahan waktu. Kemampuan mencurahkan perhatian pada keingin-keinginan akhir adalah pondasi penguasaan pribadi. Visi berbeda dengan tujuan. Visi adalah gambaran tetap dari masa depan yang dicita-citakan, sedangkan tujuan bersifat lebih abstrak. Namun, visi tanpa dibarengi dengan pemahaman tujuan, sama halnya dengan angan-angan belaka.

b. Tegangan Kreatif. Ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi seseorang dengan kenyataan yang ada sekarang. Misalnya anda ingin membuka perusahaan namun anda kekurangan modal. Kesenjangan mematahkan semangat kita, namun kesenjangan itu sendiri sebenarnya sumber daya kreatif. Kesenjangan ini memompa tegangan kreatif. Hanya ada dua cara untuk menyeimbangkan tegangan diantara kenyataan dan visi. Entah visi akan menarik kenyataan kedalamnya, atau kenyataan menggusur visi ke bawah. Sebagian orang dan perusahaan seringkali memilih pilihan yang terakhir, karena mudah untuk "menyatakan kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu melepaskan kita dari ketegangan. Namun, cara-cara tersebut merupakan dinamika kompromi dan kebiasaan lama. Sesungguhnya, orang-orang yang kreatif memanfaatkan kesenjangan diantara apa yang mereka inginkan dan apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan daya perubahan. Mereka ini tetap teguh dengan kebenaran visi mereka.

c. Komitmen pada Kebenaran. Kemauan pantang-mundur untuk membuka diri dari cara-cara kita menutup dan membohongi diri sendiri, dan kemauan untuk menantang cara-cara kerja sesuatu, merupakan ciri-ciri orang yang memiliki tingkat Penguasaan Pribadi yang tinggi. Pencarian kebenaran tersebut membawa mereka kepada pendalaman kesadaran bahwa ada struktur yang berpengaruh dan menciptakan peristiwa. Kesadaran ini sangat berpengaruh pada kemampuan mereka dalam mengubah struktur sehingga tercapai hasil yang mereka cari.

Strategi mengembangkan Penguasaan Pribadi

Para pelaku bisnis, banyak yang mengakui bahwa di antara semua disiplin pembelajaran, Penguasaan Pribadilah yang paling menjadi perhatian mereka. Mereka bukan hanya ingin meningkatkan kemampuan mereka sendiri, namun juga meningkatkan kemampuan orang lain di sekitar mereka. Mereka mengakui bahwa organisasi berkembang seiring dan sejalan dengan para anggotanya. Beberapa diantara mereka mengetahui prinsip utama disiplin ini: tak seorang pun bisa meningkatkan Penguasaan Pribadi orang lain. Kita hanya bisa menciptakan kondisi yang mendorong dan mendukung orang-orang yang ingin meningkatkan Penguasaan Pribadi mereka sendiri.

Mengapa kita harus menawarkan dorongan semangat dan dukungan itu? Karena pembelajaran tidak akan berlangsung lama kecuali dipicu oleh minat dan rasa ingin tahu yang besar dari orang itu sendiri. Bilamana pemicunya tidak ada, orang-orang akan patuh menerima pelatihan apa pun yang diberikan. Dampak dari latihan itu berlangsung sementara, namun tanpa komitmen, orang-orang yang dilatih itu akan berhenti menerapkan ketrampilan baru tersebut. Sebaliknya, jika pembelajaran dikaitkan dengan visi seseorang, maka orang itu akan berupaya keras mempertahankannya agar pembelajaran dapat terus berlangsung. Namun, sayangnya ketimbang mendorong "motivasi intrinsik," banyak perusahaan cenderung merintanginya. Misalnya, ada setumpuk formulir dan daftar persyaratan, setiap kali seseorang ingin mengejar pelatihan untuk diri mereka sendiri; atau mungkin ada kebijakan dan sikap yang mematahkan semangat untuk berbicara secara terbuka tentang realitas saat ini, atau secara samar melemahkan upaya untuk menyuarakan visi pribadi yang besar.

Robert Fritz mendesain sebuah proses tiga-tahap dalam rangka membawa orientasi "kreatif" kedalam kehidupan: menyuarakan visi pribadi, melihat realitas saat ini dengan jernih, dan membuat komitmen untuk menciptakan hasil-hasil yang diinginkan.

Percakapan dalam Diri. Penerapan pokok Penguasaan Pribadi mencakup pembelajaran untuk mempertahankan visi pribadi dan gambaran jernih tentang realitas saat ini yang berada di hadapan kita. Dengan melakukan hal ini, kita akan membangkitkan kekuatan dalam diri kita sendiri yang disebut "tegangan kreatif." Tegangan, menurut sifat alaminya, memerlukan penyelesaian, dan sebagian besar penyelesaian alami terhadap tegangan ini adalah dengan mendekatkan realitas kita pada apa yang kita inginkan. Cara demikian ini ibaratnya seperti memasang pita karet diantara kedua kutub visi kita dan realitas saat ini.


Orang-orang yang yakin bahwa visi itu penting, yang bisa melihat dengan jelas bahwa mereka harus mengubah kehidupan mereka untuk mengejar keberhasilan, dan yang berkomitmen pada diri sendiri terhadap apapun yang dihasilkan, umumnya merasa tertantang. Secara sadar maupun tak sadar, mereka telah mengasimilasikan visi tersebut pada tahapan yang banyak mengubah perilaku mereka. Mereka memiliki rasa kesabaran yang kuat baik terhadap diri mereka sendiri maupun dunia dan perhatian yang lebih pada apa yang sedang berlangsung di sekitar mereka. Kesemuanya ini membuahkan pemahaman yang terus-menerus tentang energi dan antusiasme, yang (seringkali setelah penundaan) membawa hasil nyata, yang selanjutnya dapat memperkokoh energi dan antusiasme tersebut.

Kita tidak mungkin bisa memerintahkan diri kita sendiri dengan serta-merta untuk memahami kerangka pemikiran ini, namun disiplin Penguasaan Pribadi menjelaskan bahwa sebagai individu kita bisa memupuk cara berpikir yang secara bertahap bisa mengarahkan kita kepadanya. Semakin sering kita mempraktikkan cara berpikir ini, semakin mampu dan besar rasa percaya diri kita, dan semakin besar pula kesadaran kita akan tegangan yang bisa menarik kita ke depan jika kita memupuknya.

Beberapa orang berpendapat, "Saya tidak akan pernah mewujudkan visi saya, karena latar belakang saya. Saya tahu bahwa saya tidak akan pernah bisa mendapatkan apa yang saya inginkan." Atau mereka merasa, "Saya hanya bisa mendorong diri saya sendiri ke arah visi saya jika keadaan memburuk," atau "Semuanya terserah saya untuk mendorong ke depan melalui kemauan keras, melawan rintangan-rintangan yang menghadang di hadapan saya." Seperti yang ditulis oleh Fritz, semua ketakutan ini merupakan manifestasi dari "tegangan emosional" keyakinan dasar bahwa kita tidak layak atau tidak berdaya untuk memenangkan aspirasi terdalam kita. Bagaimanakah cara kita mengatasi tegangan emosional? Bukan dengan menyangkalnya bahwa itu ada, melainkan dengan mencoba melihatnya secara lebih jernih, hingga kita bisa memahami bahwa tegangan emosional sesungguhnya juga merupakan bagian dari realitas kita saat ini.

Penguasaan Pribadi mengajarkan agar kita tidak menurunkan visi kita, walaupun visi itu tampaknya tidak mungkin. Penguasaan Pribadi juga mengajarkan kepada kita bahwa isi visi itu sendiri tidaklah begitu penting. "Yang penting bukanlah isi visinya," kata Robert Fritz. "Namun apa yang dilakukan oleh visi tersebut." Ada banyak kisah tentang orang-orang yang mencapai keberhasilan luar biasa dengan visi yang luar biasa di mana hasil-hasil tersebut ternyata berbeda dengan maksud semula mereka.

Penguasaan Pribadi juga mengajarkan kita untuk tidak menyerah dalam memandang dunia seperti apa adanya, sekalipun itu membuat kita merasa tidak nyaman. Melihat realitas saat ini dengan lebih seksama dan lebih jernih adalah salah satu pekerjaan yang paling sulit dari disiplin ini. Hal ini menuntut kemampuan untuk bertanya kepada diri anda sendiri, bukan saja dalam masa-masa tenang namun juga dalam masa-masa sulit, "Apa yang sedang terjadi saat ini? Mengapa kenyataan yang saya hadapi begitu sulit?"

Akhirnya, Penguasaan pribadi mengajarkan kita untuk memilih. Memilih adalah tindakan yang berani: mengambil hasil dan tindakan yang akan menentukan nasib anda.


Mempraktikkan Penguasaan Pribadi adalah seperti mengadakan percakapan dalam diri kita sendiri. Di dalam diri kita ada sesuatu yang menyuarakan impian-impian tentang apa yang kita inginkan pada masa yang akan datang. Akan tetapi, suara yang lain membentuk cara pandang kita (sering kali bersifat ancaman) terhadap dunia di sekitar kita. Suara ketiga yang seringkali samar adalah kemauan untuk menyatakan, "Saya telah memilih apa yang saya inginkan dan percaya bahwa saya akan menciptakannya." Dalam disiplin ini, kita berusaha untuk mendengar semua aspek ini secara jelas, karena kita tahu bahwa kekuatan yang menarik diri kita ke arah visi kita, timbul akibat hubungan antar komponen tersebut.

Pemimpin sebagai Pelatih. Menumbuhkan tegangan kreatif secara terbuka (dengan membangun visi bersama di satu pihak, dan membantu orang lain melihat sistem tersebut serta model mental dari realitas saat ini di lain pihak) bisa menggerakkan seluruh organisasi ke depan, karena organisasi didorong oleh tegangan kreatif masing-masing individu. Langkah pertama dalam belajar menciptakan tegangan berskala lebih besar itu adalah dengan belajar membangkitkan serta mengelola tegangan kreatif dalam diri anda sendiri.

Harus diakui bahwa gagasan untuk mendorong Penguasaan Pribadi di tempat kerja, secara naluriah sulit diterima oleh beberapa pemimpin. Ada perasaan, biasanya tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan tujuan kelembagaan. Selama jam kerja kantor, para karyawan dituntut berdedikasi sepenuhnya kepada perusahaan. Yang melegakan banyak orang, sikap paternalistik ini terbukti tidak persuasif dan tidak efektif. Jadi, apa yang bisa dilakukan oleh seorang manajer senior untuk mendorong Penguasaan Pribadi dalam diri orang lain? Kami menyarankan agar mengambil peran sebagai pelatih. Tidak ada pelatih yang bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa kecuali jika para pemainnya mempunyai hasrat intrinsik untuk mencapai sesuatu. Namun dengan adanya hasrat intrinsik itu, seorang pelatih bisa memperpanjang upaya dan pemahaman yang tidak mudah diakses sendiri oleh individu.

Tugas pertama pelatih adalah membuat model peningkatan kemampuan pribadi yang telah berkembang ketika anda mulai menerima dan membangkitkan tegangan kreatif. Selama proses visi bersama, secara tak terelakkan seseorang akan bertanya kepada pemimpin senior: "Baiklah, bagaimana perasaan anda secara pribadi tentang ke mana kita seharusnya beranjak?"

Jika, sebagai pemimpin, anda tidak mempunyai pemahaman yang mendalam tentang visi anda, anda tidak akan mampu mendorong orang lain untuk menciptakan visi mereka sendiri atau mempertimbangkan visi anda. Demikian halnya juga, jika anda tidak bisa menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka kredibilitas anda akan rendah ketika anda mengajak orang lain melihatnya bersama.

“Pemimpin bertanggung jawab untuk mengejar Penguasaan Pribadi," kata Alain Gauthier, "bukan hanya demi kepentingan dirinya sendiri, melainkan demi setiap orang dalam organisasi. Jika pemimpin tersebut tidak mempunyai tingkat pengetahuan diri sendiri, dan pemahaman diri sendiri, maka risikonya adalah bahwa ia mungkin menggunakan organisasi untuk mengatasi sakit sarafnya sendiri. Hal ini bisa membawa dampak yang luar biasa terhadap diri orang lain."


Tugas melatih Penguasaan Pribadi meliputi tindakan membantu seseorang untuk melihat betapa visi mereka sendiri tertutup oleh kekhawatiran apakah visi tersebut mungkin atau tidak. "Itukah yang benar-benar anda inginkan? Jika anda bisa mewujudkannya, akankah anda mengambilnya?" Atau, bisa berupa tindakan membantu orang lain untuk mengembangkan gambaran yang lebih baik tentang apa sebenarnya yang terjadi pada realitas saat ini. "Apa yang sedang berlangsung saat ini, pada waktu ini?" Ketika orang-orang belajar melatih secara lebih efektif, teknik-tekniknya bergerak naik turun dalam organisasi, karena pelatihan, seperti sebagian besar metode penguasaan pribadi, paling baik dipelajari melalui keteladanan.

Apa yang diharapkan dari praktek Penguasaan Pribadi

Apakah anda dan organisasi anda siap dengan hal ini? Coba anda bayangkan sebuah organisasi yang penuh dengan orang-orang yang bekerja dengan antusias, karena mereka tahu bahwa mereka akan berkembang dan maju, dan berkemauan untuk memenuhi visi dan sasaran organisasi yang lebih besar. Ada kemudahan, penghargaan, dan sedikit upaya dalam menyelesaikan berbagai hal. Pekerjaan mengalir tanpa rintangan diantara tim dan bagian. Setiap orang merasa senang dan bangga dengan setiap aspek organisasi misalnya, mereka berbicara secara terbuka, saling merenungkan gagasan satu sama lain, dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap bagian-bagian di sekitar mereka. Banyak energi yang mengisi organisasi ini setiap hari, yang merampungkan pekerjaan dalam jumlah besar, dan yang membawa kegembiraan dalam bekerja.

Apakah skenario ini mendatangkan semangat atau menakutkan? Jika anda tidak ingin orang-orang bergairah, memiliki perhatian dan fokus terhadap pekerjaan mereka, maka jangan mempraktikkan disiplin yang berkekuatan besar ini. Disiplin ini akan menuntut sesuatu yang tidak lazim kepada setiap orang, khususnya para pemimpin senior. Beberapa upaya organisasi pembelajaran bermula dengan baik di sini; sedangkan yang lain harus melakukannya secara bertahap, dengan membiarkan orang-orang menemukan seperangkat cara di setiap proses evolusi.

Memperlakukan emosi dengan hormat. Bekerja dengan Penguasaan Pribadi berarti memasuki dunia hati nurani. Mengembangkan visi pribadi berarti menguras sumur pengharapan dan aspirasi, termasuk kerinduan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri, dan hasrat untuk mempunyai kehidupan yang penuh kebahagiaan.

Menentukan pilihan dan melihat secara seksama realitas saat ini sama halnya dengan memancing emosi yang telah lama terkubur agar mencuat kembali ke permukaan. Cara ini mungkin mendatangkan perasaan tertekan pada mulanya, seperti: "Saya tidak ingin mengetahui seberapa besarkah saya membenci kehidupan saya saat ini, dan saya tidak ingin terbebani dengan mencoba memperbaikinya." Cara ini mungkin juga memberikan semangat kepada seseorang: "Saya selalu berpikir bahwa dunialah yang menyebabkan hal itu terjadi pada diri saya. Sekarang saya menyadari bahwa saya sendirilah yang menentu¬kannya." Tidak satu pun dari emosi diatas dapat dikatakan buruk, namun ketika emosi itu muncul ke permukaan, setiap orang harus siap menerimanya.


Berinvestasi dalam Penguasaan Pribadi. Dalam rangka menciptakan kondisi yang bisa mengembangkan kapasitas setiap individu untuk menciptakan apa yang mereka pedulikan, setiap organisasi harus menginvestasikan lebih banyak waktu, tenaga, dan uang daripada yang diperkirakan oleh sebagian besar manajer masa kini. Di antara para pekerja Amerika, hanya kurang dan 13 persen yang pernah menerima pelatihan ekstensif tentang cara-cara yang lebih layak untuk melaksanakan pekerjaan mereka (dibandingkan dengan "penataran" yang asal-asalan). Maka, tidaklah mengherankan jika hanya sedikit dari mereka yang merasa bahwa manajemen perusahaan memiliki perhatian pada pengembangan kemampuan pribadi mereka. Penguasaan Pribadi mengandung arti kemauan untuk menginvestasikan apa saja yang diperlukan dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang dapat mendorong para karyawan memberikan sumbangsih yang bermutu tinggi kepada organisasi.

Memikirkan kembali model motivasi tradisional. Para manajer seringkali berpaling kepada Penguasaan Pribadi karena mereka bosan dengan bentuk-bentuk motivasi tradisional. Beberapa diantara mereka telah tergantung pada penghargaan dan penghukuman. Para manajer lainnya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan menggunakan rasa-takut dan pesimisme untuk memotivasi orang. Mereka selalu menyampaikan sedikit kabar buruk tentang sulitnya lingkungan di sekitar mereka. Sebagaian besar orang-orang merespons insentif yang diberikan untuk jangka waktu pendek, dan mereka mungkin akan merespons masa-masa sulit jauh lebih sungguh-sungguh, karena mereka berusaha menarik bersama dengan seluruh daya-upaya, sepanjang mereka beranggapan bahwa kesulitan tersebut masih riil. Namun begitu mereka menyadari bahwa insentif ini ditujukan untuk memanipulasi mereka, maka mereka akan segera berhenti di tengah perjalanan.

Sayangnya, pada waktu itu manajemen seringkali terseret ke dalam dinamika “Menggeser Beban,” yakni kehilangan kemampuan mendasarnya untuk memotivasi orang lain secara tulus, dan oleh karenanya mereka semakin tergantung pada penghargaan dan hukuman, dan pidato-pidato tentang rasa-takut dan pesimisme. Secara bertahap, upaya pengenalan secara terus-menerus motivasi baru akan melindas sinisme yang hampir tidak bisa dihilangkan dalam organisasi tersebut.

Pada tahap ini, beberapa manajer memutuskan untuk membangun “aspirasi” dan “inspirasi” dengan mempromosikan Penguasaan Pribadi. Mereka berkata kepada diri mereka sendiri bahwa mereka bisa menangkap lebih banyak lalat dengan madu daripada dengan cuka. Namun perubahan peraturan permainan tersebut tetap tidak berjalan lancar. Sinisme biasanya memburuk; para anggota perusahaan curiga bahwa pengejaran penguasaan pribadi hanyalah permainan belaka. Mengapa hal ini tidak berhasil? Karena upaya Penguasaan Pribadi tergantung pada penyingkiran asumsi-asumsi bahwa kebanyakan orang sangat termotivasi dengan uang, pengakuan, dan ketakutan. Sebaliknya, anda harus berasumsi bahwa dalam lingkup yang tepat, orang-orang akan berkontribusi secara penuh dan membuat komitmen yang kuat karena mereka ingin belajar, melakukan pekerjaan yang baik demi pekerjaan itu sendiri, dan diakui sebagai manusia. Sikap ini mungkin sulit diubah. Salah satu pendekatannya adalah dengan memulai upaya membentuk visi bersama yang mendalam secara simultan, di mana anda mengizinkan para karyawan untuk berbicara tentang upaya Penguasaan Pribadi seperti apa sajakah yang akan menyumbang terjadinya evolusi pada keseluruhan organisasi.


Dimanapun anda, mulailah dari sini. Penguasaan Pribadi menawarkan pilihan bagi orang-orang yang merasa bahwa mereka ingin mengubah organisasi mereka, namun tidak bisa berbuat banyak pada posisi mereka. Anda selalu bisa bergerak, sebagai seorang individu, untuk mengembangkan Penguasaan Pribadi anda.

Praktek Penguasaan Pribadi

Penguasaan Pribadi memerlukan banyak praktik. Hanya 10 sampai 15 persen dari semua partisipan yang menghadiri program-program pelatihan yang bisa secara konsisten menerapkan pengetahuan dan keahlian yang mereka pelajari itu di tempat kerja. Biasanya, mereka menjadi semakin lemah dalam menerapkannya dan akhirnya terhenti sama sekali. Di bawah situasi-situasi yang menekan, mereka tidak bisa membangkitkan energi untuk menguasai dan menerapkan keahlian-keahlian baru, jadi mereka kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama untuk melakukan berbagai hal. Organisasi bisa membantu dengan menyediakan kesempatan terstruktur untuk mempraktikkannya. Misalnya, mengadakan rapat mingguan dengan membicarakan visi dan realitas saat ini akan memberikan struktur pembentukan dan pembicaraan kembali tegangan kreatif. Orang-orang bisa saling memanfaatkan sebagai suatu sumber daya. Mereka bisa saling melatih dalam menyuarakan dan memperkaya visi mereka, berdasarkan apa yang penting bagi mereka. Mereka bisa belajar lebih banyak tentang realitas saat ini dari pengalaman-pengalaman saat ini, dan mengembangkan proyek-proyek eksperimen kecil yang mengungkapkan kekuatan dan batas-batas keahlian kreatif mereka sendiri.

Praktik Penguasaan Pribadi dipusatkan pada pergeseran pandangan orang tentang hubungan mereka dengan dunia. Dalam istilah Robert Fritz, pergeseran tersebut berangkat dari sikap yang "reaktif" (merespons terhadap peristiwa), menjadi "kreatif" (menciptakan masa depan yang anda inginkan). Ketika orang-orang mempraktikkan Penguasaan Pribadi, mereka mulai masuk ke dalam orientasi ketiga: "saling tergantung," di mana mereka dan dunia saling berhubungan secara harmonis kata Charlotte Roberts . Pergeseran antar orientasi merupakan hal yang sangat penting, karena hal itu mempengaruhi aspek kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam membangun organisasi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar