setelah lama cuman copas data hari ini pengen nulis sendiri aja..
sekedar menceritakan pengalaman dari temen yang suka baca buku tentang tipe kepribadian, ya ekstrovert,introvert,melankolis,sanguinis, dan entah apalah namanya (mungkin kamu lebih hafal..??). Ok, kembali ke topik, sebenarnya saya tegas mengatakan "BUANG BUANG WAKTU" untuk terus menebak nebak tipe kepribadian seseorang,,,
mengapa demikian,,??
faktanya setiap orang memiliki kesemua ciri dalam tipe kepribadian dan itu tergantung pada kondisi yang dialaminya, walaupun terdapat salah satu yang dominan akan tetapi hal itu "TIDAK DEFAULT'alias bisa BISA DIUBAH KAPAN SAJA ORANG TERSEBUT MAU BELAJAR untuk merubahnya..
fakta yang lain adalah, orang yang terbiasa membaca buku kepribadian dan mendapatkan kesimpulan bentuk kepribadian dirinya, akan cenderung memahami dirinya seperti gambaran yang ada dalam buku tersebut, dan merasa itulah tipe kepribadian yang baku diturunkan Tuhan buat dia. Padahal andaikan ia tidak membaca buku kepribadian tentunya kemungkinan untuk lebih berkembang akan semakin terbuka,, ia dapat lebih menjelajah setiap potensi yang dimilikinya.
jadi masih tertarik dengan buku tentang kepribadian..?
Kamis, 28 Oktober 2010
Form Pengajuan Judul

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
Program Studi Ilmu Keperawatan
TERAKREDITASI BAN-PT Nomor : 005/BAN-PT/AK.XII/S1/IV/2009
Jln.Swakarsa III No.10-13 Grisak Kekalik Mataram-NTB. Telp/Fax. (0370) 638760, 641339
FORMULIR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa :…………………………………………………………………………..
NPM :…………………………………………………………………………..
Semester :…………………………………………………………………………..
Minat I :……………………………………………………………………………………………………………………….
Rencana Judul :
1. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
2. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Nama Pembimbing
a. Pembimbing Utama (I) :…………………………………………………………………….
b. Pembimbng Pendamping (II) :…………………………………………………………………….
Mataram,……………………………….
Mahasiswa Yang bersangkutan
(………………………………………………)
NPM.
Keterangan :
Form Isian ini setelah disetujui oleh kedua pembmbing diserahkan kepada :
1. Form isian dibuat rangkap 3 (tiga)
a. Sub Bagian Kemahasiswaan.
b. Pembimbing I dan II.
c. Mahasiswa yang bersangkutan.
2. Pembimbing yang diajukan, harus sesuai dengan peminatan yang dipilih mahasiswa
Label:
Alfian Ali Shaifullah Muzaky
STIKES MATARAM

atau ke sumbernya aja langsung di
http://kampusbagus.com/master.php?badan_hukum=99&jenjang=2®ion=23&major=14201
Label:
Alfian Ali Shaifullah Muzaky
KARAKTER PRIA
Saya akan membicarakan 3 Hal Seru dalam 1 Artikel, yaitu MARKETING, COMPETITOR (Pesaing) dan hubungan nya dengan KARAKTER PRIA IDAMAN.
Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel bisnis tentang NESCAFE *VERSUS* STARBUCKS.
Di Amerika, Starbucks baru saja meluncurkan kopi bubuk instan berbentuk sachet. Hal ini membuat Nescafe getar-getir.
Nescafe menawarkan TESTER kopi instan mereka secara gratis, Starbucks menawarkan TESTER kopi instan mereka secara gratis.
Beberapa saat kemudian, muncul-lah iklan baru NESCAFE.
Nescafe mengeluarkan iklan yang MEMBANDING-BANDINGKAN kopi instan mereka dengan STARBUCKS.
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menggambarkan CUP starbucks dengan logo lingkaran hijau identik dengan logo starbucks yang bertuliskan “A LOT OF HYPE” dan “REAL PRICEY” (sangat mahal). Sedangkan Nescafe menuliskan “Real Value” pada CUP merah mereka.
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menyatakan RASA kopi mereka LEBIH ENAK dibandingkan Starbucks,
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menyatakan sangat bodoh membeli kopi Starbucks yang harganya 4x lebih mahal dari Nescafe,
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menyatakan bahwa merekalah “Pioneer nomor satu” yang sudah sejak lama menjadi “market leader” dibandingkan Starbucks,
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Bahkan, Starbucks tidak mengeluarkan se-sen pun untuk iklan kopi instan nya!
Lalu coba tebak apa yang terjadi?
Starbucks *WIN* the SALES.
Kok bisa?
1. Harga “mahal” Starbucks tidaklah “semahal” seperti membeli mobil ferari bukan? dan orang-orang TETAP PUAS untuk pergi ke Starbucks tanpa membuat selisih harga “secuil” sebagai sesuatu yang BIG DEAL.
2. RASA kopi Nescafe dan Starbucks ya terasa SEPERTI KOPI INSTAN. Orang-orang mencintai Starbucks bukan hanya karena RASA KOPI INSTAN nya, melainkan pengalaman mereka dengan Starbucks.
3. Iklan Nescafe JUSTRU membantu Starbucks agar dikenal orang yang belum tau tentang Starbucks.
Hmmm...
Lalu apa hubungan nya iklan tersebut dengan Karakter Pria Idaman?
Hubungan nya adalah pada saat anda mulai meraih SUKSES baik itu tentang wanita, bisnis maupun berbagai macam area dikehidupan anda, akan BANYAK orang-orang yang IRI HATI *ATAU* orang-orang yang KECEWA dengan anda karena keinginan “aneh” mereka tidak anda penuhi, yang akan berusaha menjadi “pesaing” anda dan berusaha menjatuhkan anda dengan berbagai macam cara.
Itu PASTI.
Jika itu tentang wanita, maka “competitor” anda akan berusaha merebut wanita anda.
Jika itu tentang bisnis, maka “competitor” anda akan berusaha merebut klien anda.
Jika itu tentang hal-hal lain di berbagai area kehidupan anda, maka “competitor” anda akan berusaha merebut prestasi dan status anda.
Lalu bagaimana anda sebagai seorang Pria Idaman menyikapi hal-hal seperti ini?
Belajar dari Nescafe *versus* Starbucks, 4 Mindset yang sangat penting untuk anda pahami dan resapi sebagai Pria Idaman.
1. Tidak ada yang namanya PESAING (Competitor) Bagi Pria Idaman.
Orang lain boleh melihat anda sebagai “pesaing”, namun JANGAN SAMPAI anda melihat SIAPAPUN sebagai pesaing.
Mengapa?
Karena jika anda melihat seseorang sebagai “pesaing”, maka hal itu datang dari RASA TAKUT.
Anda TAKUT kehilangan Wanita,
Anda TAKUT kehilangan Klien,
Anda TAKUT kehilangan STATUS dan PRESTASI anda.
Sedangkan kita tau bahwa RASA TAKUT KEHILANGAN akan membuat anda NEEDY.
Dan kita tau NEEDY akan membuat anda DESPERATE.
Dan pada saat anda DESPERATE, maka anda akan melakukan hal-hal “aneh” yang akan menghancurkan kehidupan anda, LAYAKNYA jika anda sudah mulai NEEDY kepada wanita.
Fakta berbicara bahwa TERLALU BANYAK wanita didunia ini, anda tidak perlu takut kehilangan.
TERLALU BANYAK klien didunia ini, anda tidak perlu takut kehabisan.
TERLALU BANYAK orang-orang didunia ini yang akan MEMUJI-MUJI dan memberikan STATUS kepada anda, anda tidak perlu takut tidak dapat VALIDASI.
Bahkan lebih lanjut, anda JUSTRU HARUS memilih-milih mana yang COCOK-COCOK SAJA dengan anda. Jika tidak cocok, biarkan orang yang menganggap anda sebagai “competitor” mengambilnya!
Jika itu tentang wanita, anda harus SELEKTIF akan mana wanita yang akan menjadi pendamping anda.
Jika anda merasa TIDAK COCOK dengan nya, maka katakan saja “masih banyak Pria-pria lain yang lebih baik dari saya untukmu!”
Jika itu tentang bisnis, anda harus SELEKTIF akan mana klien-klien terbaik anda.
Saya pribadi sebagai pe-bisnis menginginkan klien yang “hi profit, low maintenance”.
Klien yang mandiri, tanggap, dewasa dan tidak manja.
Jika saya mendapatkan klien yang hanya minta dimanja terus menerus dan hanya menyulitkan saya, saya akan katakan kepada mereka bahwa masih banyak solusi romansa lainnya yang lebih baik dari saya untuk mereka.
Dan saya tidak sedikitpun merasa rugi mengatakan itu.
Mengapa?
Karena saya hanya ingin memberikan YANG TERBAIK untuk KLIEN TERBAIK.
Bukankah hidup akan terasa lebih mudah jika anda berfokus untuk mendapatkan *apa yang anda inginkan* dan memberikan semua yang *tidak anda inginkan* kepada orang-orang yang berkekurangan dan membutuhkan?
2. Latih “Silent Power” anda.
Didalam eBook “Direct Approach Manual” saya mengambil referensi buku berjudul SILENT POWER oleh Stuart Wilde.
Silent Power adalah “kekuatan berdiam diri” untuk menghadapi hal-hal yang tidak penting.
Silent Power juga dapat diartikan sebagai “emotional control” atau latihan mengontrol emosi anda.
Pada saat anda mulai meraih SUKSES baik itu tentang wanita, bisnis maupun berbagai macam area dikehidupan anda, maka orang-orang yang menganggap anda sebagai “competitor” akan BERKAMPANYE mirip seperti iklan Nescafe *versus* Starbucks.
Pada saat inilah emosi anda diuji.
Dapatkah anda mengontrol emosi anda, atau anda yang dikontrol emosi.
P.T. Barnum, Advertiser paling sukses di Amerika tahun 1800an mengatakan “Apapun gosip yang orang eluhkan tentang saya, saya tidak peduli, ASALKAN nama saya terus dibicarakan dan DICETAK dimana-mana YANG MENYEBABKAN saya menjadi LEGENDA”
Satu hal yang harus anda ingat adalah: Semakin banyak orang yang membicarakan anda baik itu negatif maupun positif, semakin POPULER lah anda.
Coba lihat Ahmad Dhani atau Roy Suryo.
Bukankah semakin mereka dibicarakan SEMAKIN MEREKA SUKSES?
Hmmm...
JANGAN PERNAH anda MARAH atau DENDAM,
Saya ulangi:
JANGAN PERNAH anda MARAH atau DENDAM jika ada orang lain yang membicarakan anda baik itu positif maupun negatif.
Mengapa?
Karena justru mereka MEMBERIKAN ANDA KEKUATAN dan BUKTI akan SUKSES nya anda SEHINGGA anda sebegitu LAYAKNYA MEREKA BICARAKAN!
PLUS, mereka memberikan ADVERTISING gratis untuk anda!
Hmmm...
Ber-terima kasih-lah kepada mereka.
Namun jika anda enggan berterimakasih kepada mereka, ABAIKAN saja mereka.
3. Tidak bersaing bukan berarti percaya.
Kadang orang-orang yang menganggap anda “pesaing” akan meng-halal-kan berbagai macam cara untuk menjatuhkan anda TERMASUK berpura-pura manis dan menawarkan “persahabatan” kepada anda.
JIKA ANDA TAU bahwa orang yang anda hadapi memiliki “agenda tersembunyi”, maka jauhi mereka.
TIDAK BERSAING bukan berarti anda dengan begitu mudahnya PERCAYA kepada mereka.
TIDAK SALAH untuk baik kepada mereka yang menganggap anda sebagai “pesaing”, namun bukan berarti anda PERCAYA begitu saja kepada mereka.
4. Simpan dan Nikmati kesuksesan anda untuk diri anda sendiri.
Hati-hati dengan UCAPAN anda. Jangan PERNAH menganggap diri anda YANG PALING HEBAT.
Mengapa?
Karena jika anda sudah merasa yang paling hebat, maka anda akan berhenti belajar dan berkembang!
Andapun akan merendahkan orang lain karena anda merasa paling hebat.
Sedangkan kita tau bahwa HIDUP itu adalah perkembangan terus menerus tanpa akhir.
IF YOU DON’T GROW, YOU WON’T SURVIVE!
Hati-hati dengan “omongan sampah” akan betapa hebatnya diri anda DIBANDINGKAN orang lain.
Itu hanya akan membuka topeng ketakutan anda kepada khalayak publik.
Jika anda merasa hebat, sukses dan luar biasa, simpan dan nikmati sendiri perasaan itu untuk diri anda sendiri.
Jangan pernah show off dan tetaplah rendah hati SELAYAKNYA Pria Idaman yang PADAT ISI namun tetap berusaha untuk TAMPAK NORMAL.
Bersainglah dengan standar dan tujuan hidup yang anda buat sendiri...
Bersainglah melawan kemalasan dan rasa takut anda sendiri...
Bersainglah dengan tantangan-tantangan mental diri anda sendiri...
BUKAN karena anda IRI dengan kesuksesan orang lain,
BUKAN karena anda TAKUT kehilangan cinta seorang wanita,
BUKAN karena anda TAKUT kehilangan klien,
Dan BUKAN karena anda TAKUT kehilangan validasi!
Selalu ingat bahwa PRIA IDAMAN hanya bersaing dengan STANDAR, TANTANGAN dan TUJUAN HIDUP yang ia berikan terhadap dirinya sendiri AGAR menjadikan dirinya lebih baik DAN BERGUNA bagi sesama.
Selalu ingat bahwa PERSAINGAN sesungguhnya adalah PERGUMULAN BATIN akan PERKEMBANGAN KARAKTER dalam diri anda, BUKA
SUMBER : pencinta wanita.com
Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel bisnis tentang NESCAFE *VERSUS* STARBUCKS.
Di Amerika, Starbucks baru saja meluncurkan kopi bubuk instan berbentuk sachet. Hal ini membuat Nescafe getar-getir.
Nescafe menawarkan TESTER kopi instan mereka secara gratis, Starbucks menawarkan TESTER kopi instan mereka secara gratis.
Beberapa saat kemudian, muncul-lah iklan baru NESCAFE.
Nescafe mengeluarkan iklan yang MEMBANDING-BANDINGKAN kopi instan mereka dengan STARBUCKS.
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menggambarkan CUP starbucks dengan logo lingkaran hijau identik dengan logo starbucks yang bertuliskan “A LOT OF HYPE” dan “REAL PRICEY” (sangat mahal). Sedangkan Nescafe menuliskan “Real Value” pada CUP merah mereka.
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menyatakan RASA kopi mereka LEBIH ENAK dibandingkan Starbucks,
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menyatakan sangat bodoh membeli kopi Starbucks yang harganya 4x lebih mahal dari Nescafe,
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Iklan Nescafe menyatakan bahwa merekalah “Pioneer nomor satu” yang sudah sejak lama menjadi “market leader” dibandingkan Starbucks,
Starbucks tidak mengeluarkan iklan sama sekali.
Bahkan, Starbucks tidak mengeluarkan se-sen pun untuk iklan kopi instan nya!
Lalu coba tebak apa yang terjadi?
Starbucks *WIN* the SALES.
Kok bisa?
1. Harga “mahal” Starbucks tidaklah “semahal” seperti membeli mobil ferari bukan? dan orang-orang TETAP PUAS untuk pergi ke Starbucks tanpa membuat selisih harga “secuil” sebagai sesuatu yang BIG DEAL.
2. RASA kopi Nescafe dan Starbucks ya terasa SEPERTI KOPI INSTAN. Orang-orang mencintai Starbucks bukan hanya karena RASA KOPI INSTAN nya, melainkan pengalaman mereka dengan Starbucks.
3. Iklan Nescafe JUSTRU membantu Starbucks agar dikenal orang yang belum tau tentang Starbucks.
Hmmm...
Lalu apa hubungan nya iklan tersebut dengan Karakter Pria Idaman?
Hubungan nya adalah pada saat anda mulai meraih SUKSES baik itu tentang wanita, bisnis maupun berbagai macam area dikehidupan anda, akan BANYAK orang-orang yang IRI HATI *ATAU* orang-orang yang KECEWA dengan anda karena keinginan “aneh” mereka tidak anda penuhi, yang akan berusaha menjadi “pesaing” anda dan berusaha menjatuhkan anda dengan berbagai macam cara.
Itu PASTI.
Jika itu tentang wanita, maka “competitor” anda akan berusaha merebut wanita anda.
Jika itu tentang bisnis, maka “competitor” anda akan berusaha merebut klien anda.
Jika itu tentang hal-hal lain di berbagai area kehidupan anda, maka “competitor” anda akan berusaha merebut prestasi dan status anda.
Lalu bagaimana anda sebagai seorang Pria Idaman menyikapi hal-hal seperti ini?
Belajar dari Nescafe *versus* Starbucks, 4 Mindset yang sangat penting untuk anda pahami dan resapi sebagai Pria Idaman.
1. Tidak ada yang namanya PESAING (Competitor) Bagi Pria Idaman.
Orang lain boleh melihat anda sebagai “pesaing”, namun JANGAN SAMPAI anda melihat SIAPAPUN sebagai pesaing.
Mengapa?
Karena jika anda melihat seseorang sebagai “pesaing”, maka hal itu datang dari RASA TAKUT.
Anda TAKUT kehilangan Wanita,
Anda TAKUT kehilangan Klien,
Anda TAKUT kehilangan STATUS dan PRESTASI anda.
Sedangkan kita tau bahwa RASA TAKUT KEHILANGAN akan membuat anda NEEDY.
Dan kita tau NEEDY akan membuat anda DESPERATE.
Dan pada saat anda DESPERATE, maka anda akan melakukan hal-hal “aneh” yang akan menghancurkan kehidupan anda, LAYAKNYA jika anda sudah mulai NEEDY kepada wanita.
Fakta berbicara bahwa TERLALU BANYAK wanita didunia ini, anda tidak perlu takut kehilangan.
TERLALU BANYAK klien didunia ini, anda tidak perlu takut kehabisan.
TERLALU BANYAK orang-orang didunia ini yang akan MEMUJI-MUJI dan memberikan STATUS kepada anda, anda tidak perlu takut tidak dapat VALIDASI.
Bahkan lebih lanjut, anda JUSTRU HARUS memilih-milih mana yang COCOK-COCOK SAJA dengan anda. Jika tidak cocok, biarkan orang yang menganggap anda sebagai “competitor” mengambilnya!
Jika itu tentang wanita, anda harus SELEKTIF akan mana wanita yang akan menjadi pendamping anda.
Jika anda merasa TIDAK COCOK dengan nya, maka katakan saja “masih banyak Pria-pria lain yang lebih baik dari saya untukmu!”
Jika itu tentang bisnis, anda harus SELEKTIF akan mana klien-klien terbaik anda.
Saya pribadi sebagai pe-bisnis menginginkan klien yang “hi profit, low maintenance”.
Klien yang mandiri, tanggap, dewasa dan tidak manja.
Jika saya mendapatkan klien yang hanya minta dimanja terus menerus dan hanya menyulitkan saya, saya akan katakan kepada mereka bahwa masih banyak solusi romansa lainnya yang lebih baik dari saya untuk mereka.
Dan saya tidak sedikitpun merasa rugi mengatakan itu.
Mengapa?
Karena saya hanya ingin memberikan YANG TERBAIK untuk KLIEN TERBAIK.
Bukankah hidup akan terasa lebih mudah jika anda berfokus untuk mendapatkan *apa yang anda inginkan* dan memberikan semua yang *tidak anda inginkan* kepada orang-orang yang berkekurangan dan membutuhkan?
2. Latih “Silent Power” anda.
Didalam eBook “Direct Approach Manual” saya mengambil referensi buku berjudul SILENT POWER oleh Stuart Wilde.
Silent Power adalah “kekuatan berdiam diri” untuk menghadapi hal-hal yang tidak penting.
Silent Power juga dapat diartikan sebagai “emotional control” atau latihan mengontrol emosi anda.
Pada saat anda mulai meraih SUKSES baik itu tentang wanita, bisnis maupun berbagai macam area dikehidupan anda, maka orang-orang yang menganggap anda sebagai “competitor” akan BERKAMPANYE mirip seperti iklan Nescafe *versus* Starbucks.
Pada saat inilah emosi anda diuji.
Dapatkah anda mengontrol emosi anda, atau anda yang dikontrol emosi.
P.T. Barnum, Advertiser paling sukses di Amerika tahun 1800an mengatakan “Apapun gosip yang orang eluhkan tentang saya, saya tidak peduli, ASALKAN nama saya terus dibicarakan dan DICETAK dimana-mana YANG MENYEBABKAN saya menjadi LEGENDA”
Satu hal yang harus anda ingat adalah: Semakin banyak orang yang membicarakan anda baik itu negatif maupun positif, semakin POPULER lah anda.
Coba lihat Ahmad Dhani atau Roy Suryo.
Bukankah semakin mereka dibicarakan SEMAKIN MEREKA SUKSES?
Hmmm...
JANGAN PERNAH anda MARAH atau DENDAM,
Saya ulangi:
JANGAN PERNAH anda MARAH atau DENDAM jika ada orang lain yang membicarakan anda baik itu positif maupun negatif.
Mengapa?
Karena justru mereka MEMBERIKAN ANDA KEKUATAN dan BUKTI akan SUKSES nya anda SEHINGGA anda sebegitu LAYAKNYA MEREKA BICARAKAN!
PLUS, mereka memberikan ADVERTISING gratis untuk anda!
Hmmm...
Ber-terima kasih-lah kepada mereka.
Namun jika anda enggan berterimakasih kepada mereka, ABAIKAN saja mereka.
3. Tidak bersaing bukan berarti percaya.
Kadang orang-orang yang menganggap anda “pesaing” akan meng-halal-kan berbagai macam cara untuk menjatuhkan anda TERMASUK berpura-pura manis dan menawarkan “persahabatan” kepada anda.
JIKA ANDA TAU bahwa orang yang anda hadapi memiliki “agenda tersembunyi”, maka jauhi mereka.
TIDAK BERSAING bukan berarti anda dengan begitu mudahnya PERCAYA kepada mereka.
TIDAK SALAH untuk baik kepada mereka yang menganggap anda sebagai “pesaing”, namun bukan berarti anda PERCAYA begitu saja kepada mereka.
4. Simpan dan Nikmati kesuksesan anda untuk diri anda sendiri.
Hati-hati dengan UCAPAN anda. Jangan PERNAH menganggap diri anda YANG PALING HEBAT.
Mengapa?
Karena jika anda sudah merasa yang paling hebat, maka anda akan berhenti belajar dan berkembang!
Andapun akan merendahkan orang lain karena anda merasa paling hebat.
Sedangkan kita tau bahwa HIDUP itu adalah perkembangan terus menerus tanpa akhir.
IF YOU DON’T GROW, YOU WON’T SURVIVE!
Hati-hati dengan “omongan sampah” akan betapa hebatnya diri anda DIBANDINGKAN orang lain.
Itu hanya akan membuka topeng ketakutan anda kepada khalayak publik.
Jika anda merasa hebat, sukses dan luar biasa, simpan dan nikmati sendiri perasaan itu untuk diri anda sendiri.
Jangan pernah show off dan tetaplah rendah hati SELAYAKNYA Pria Idaman yang PADAT ISI namun tetap berusaha untuk TAMPAK NORMAL.
Bersainglah dengan standar dan tujuan hidup yang anda buat sendiri...
Bersainglah melawan kemalasan dan rasa takut anda sendiri...
Bersainglah dengan tantangan-tantangan mental diri anda sendiri...
BUKAN karena anda IRI dengan kesuksesan orang lain,
BUKAN karena anda TAKUT kehilangan cinta seorang wanita,
BUKAN karena anda TAKUT kehilangan klien,
Dan BUKAN karena anda TAKUT kehilangan validasi!
Selalu ingat bahwa PRIA IDAMAN hanya bersaing dengan STANDAR, TANTANGAN dan TUJUAN HIDUP yang ia berikan terhadap dirinya sendiri AGAR menjadikan dirinya lebih baik DAN BERGUNA bagi sesama.
Selalu ingat bahwa PERSAINGAN sesungguhnya adalah PERGUMULAN BATIN akan PERKEMBANGAN KARAKTER dalam diri anda, BUKA
SUMBER : pencinta wanita.com
KETERTARIKAN WANITA
PERTANYAAN:
Gimana cara kita tau kalo kita itu following the passion? dan juga cara mencari passionnya (pernah dipost kayaknya pas part 1 deh, berarti udah ilang postnya :hammer)
JAWAB:
Ah... Good Question!
Pertanyaan seperti ini nih yang membangun Karakter... Bosen juga jawab pertanyaan soal Approach dan Opener melulu.
5 Hal,
1. Apa itu Passion.
Wikipedia: "Passion is an intense emotion compelling feeling, enthusiasm, or desire for something."
yah terjemahkan sendiri lah artinya!
satu hal yang saya ingin tekankan adalah: Passion is MORE than just love!
Nah lalu dimana letak LEBIH nya "passion" dibandingkan "love"?
Passion (atau dalam bahasa indonesia nya disebut HASRAT), adalah sesuatu yang membuat seseorang RELA MATI demi melakukan nya.
Sedangkan "Love", dapat datang dan pergi.
Jadi jika anda punya Passion akan sesuatu (atau seseorang), anda akan RELA MATI demi memperjuangkan nya.
Mungkin definisi versi saya tentang Passion adalah: "Dorongan yang sangat kuat untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu"
2. Apa Gunanya Passion?
Setelah kita tau apa itu Passion, lalu apa gunanya untuk memikat wanita?
Gunanya adalah untuk membangun koneksi EMOSI antara anda dan sang wanita.
Lalu bagaimana Passion anda dapat membangun koneksi EMOSI dengan wanita?
Saya jelaskan!
Wanita dapat SANGAT CEPAT menangkap gejolak EMOSI pada saat sang pria berbicara ATAU melakukan passion nya. Hal ini dikarenakan otak emosi sang wanita menangkap energi antusiasme yang terpancar dari sang Pria.
Makanya banyak wanita yang tergila-gila dengan anak band, pebisnis tangguh, bintang olah raga, dan siapapun yang MEMILIKI PASSION dan benar-benar MENGEJARNYA!
Ada sesuatu KEKUATAN DAYA TARIK yang SANGAT MENARIK jika anda memiliki TUJUAN YANG JELAS dan BENAR-BENAR MENGEJAR hal tersebut!
dan GILANYA, jika anda benar-benar memiliki Passion, anda tidak perlu MEMBUAT-BUAT omongan "sok-sok keren" untuk show off didepan wanita!
mengapa?
karena Passion anda TERPANCAR SECARA ALAMI dengan sendirinya pada saat anda ber-interaksi dengan wanita!
dengan kata lain, anda cukup JADI NORMAL dan DENGAN SEGERA, sang wanita dapat tertarik dengan anda!
There's NO MORE "GAMES" to play with woman! ...Only You, Your Passion and Attraction!
That's it!
Jadi Passion amat sangat BERPENGARUH untuk kehidupan anda, juga ketertarikan alami dengan wanita!
Semua NATURALS tidak punya "GAME", ROUTINE atau SKENARIO untuk mengelabuhi wanita... yang mereka punya hanyalah diri mereka beserta Passion yang menarik wanita SECARA ALAMI!
3. Passion Terlarang!
Nah setelah kita tau apa itu Passion dan Gunanya, kita juga harus tau ada sebuah Passion yang TERLARANG!
Passion tersebut adalah pada saat anda MENEMPATKAN wanita menjadi Passion anda!
Mengapa menempatkan wanita menjadi Passion anda itu terlarang?
Karena jika anda sudah menempatkan wanita menjadi Passion anda, itu akan membuat sang wanita menjadi NOMOR 1 bagi anda!
dan apakah menjadikan wanita NOMOR 1 itu salah?
YA! ...SANGAT SALAH!
Mari saya jelaskan sebuah konsep PW yang saya sebut "pengejaran seumur hidup".
Aneh tapi nyata, namun jika wanita SUDAH SUKA akan sesuatu namun BELUM memilikinya, mereka akan *SETIA MENGEJAR* sesuatu tersebut.
Saya ulangi:
Jika wanita SUDAH SUKA akan sesuatu namun BELUM memilikinya, mereka akan *SETIA MENGEJAR* sesuatu tersebut.
dan kebalikan nya juga sungguh BENAR... yaitu, Wanita akan:
+ Menjadi semena-mena,
+ Mendominasi, atau bahkan,
+ MUDAH MENINGGALKAN...
...sesuatu tersebut, JIKA mereka SUDAH MEMILIKI sesuatu tersebut!
Coba anda ingat-ingat pengalaman anda dimana anda MENGINGINKAN sesuatu, dan pada saat anda sudah memilikinya, anda bosan dengan sesuatu tersebut!
Contoh dari pengalaman saya adalah pada saat saya menginginkan sebuah gitar limited edition yang sulit didapatkan.
SEBELUM saya mendapatkan gitar tersebut, saya AMAT SANGAT tergila-gila untuk mendapatkan nya...
Walaupun saya amat bahagia setelah "bekerja keras" dan pada akhirnya mendapatkan gitar tersebut, kebahagiaan saya DENGAN SEGERA menjadi tidak berarti karena saya sudah MERASA MEMILIKI gitar tersebut.
Dan akhirnya, gitar tersebut hanya saya mainkan sesekali saja dan lebih menjadi pajangan pribadi.
Coba ingat-ingat pengalaman anda dimana pada saat anda memberikan SEGALA-GALANYA dan MENJADIKAN seorang wanita menjadi NOMOR 1 lalu tiba-tiba sikapnya BERUBAH TOTAL?
Hmm...
Manusia (wanita khususnya), akan *SETIA MENGEJAR* sesuatu yang belum mereka miliki, namun BEGITU mereka memilikinya, maka RASA HAUS akan sesuatu tersebut berubah menjadi KEBOSANAN.
Oleh karena itu, anda HARUS SELALU menjadikan wanita menjadi NOMOR 2, dan PASSION anda NOMOR 1.
Wanita MUNGKIN SAJA *BERKATA* bahwa mereka akan SETIA dan BAHAGIA jika mereka menjadi NOMOR 1, namun itu hanya LOGIKA mereka saja!
Kenyataan nya, EMOSI mereka BERTINDAK sebaliknya dari apa yang mereka ucapkan!
FAKTA dari konsep ini dapat dilihat dari beberapa kasus perceraian para artis seperti
+ Tamara Blezinsky meninggalkan suaminya Tengku Rafli Pasha,
+ Elma Theana meninggalkan suaminya Fahri Indarto,
+ dan sudah tentu Kris Dayanti meninggalkan suaminya Anang.
Semua karena "Lack of Passion" sang suami yang hanya menempatkan sang istri sebagai Passion nomor 1 mereka.
Begitu Wanita menjadi nomor 1, maka tidak akan ada lagi yang namanya TANTANGAN.
Begitu tidak ada lagi TANTANGAN, maka timbullah KEBOSANAN.
Begitu timbul KEBOSANAN, maka DENGAN SENDIRINYA wanita akan:
+ Menjadi semena-mena,
+ Mendominasi, atau bahkan,
+ Meninggalkan anda!
Dan itu PASTI.
Lalu bagaimana SOLUSI nya?
Seperti yang kita ketahui bahwa wanita adalah makhluk yang PENUH CEMBURU.
Jika anda menempatkan wanita NOMOR 2, dan Passion anda (apapun itu selain sang wanita) NOMOR 1, maka sang wanita akan SANGAT CEMBURU dengan PASSION anda!
Hal tersebut menyebabkan mereka TERTANTANG dan *SETIA* untuk BERSAING dengan Passion anda, agar mereka dapat menjadi NOMOR 1.
Hal ini dapat dilihat dari perilaku sang wanita yang berkata "kamu kok lebih mentingin urusan kamu sih?", "kamu sibuk terus... kamu kangen ga sih sama aku?", atau bahkan lebih ekstrim, "kamu pilih aku atau hobi kamu itu?"
Hal ini dilakukan wanita untuk BENAR-BENAR menjadi NOMOR 1 bagi anda, dibandingkan Passion anda.
Dan jika anda pada akhirnya menempatkan mereka sebagai NOMOR 1, maka hal-hal seperti "konflik", "cinta hambar", "perselingkuhan" ataupun "pemutusan hubungan sepihak" akan terjadi.
Kata "I Miss You" tidak akan keluar dari mulut wanita jika anda selalu berada didepan muka sang wanita setiap saat!
Kata "I Miss You" akan sering terdengar jika anda cukup sibuk mengejar Passion anda dan menghilang sesaat dari sang wanita!
Anda harus CUKUP SIBUK mengejar Passion anda dan luangkan waktu LEBIH SEDIKIT untuk *dapat bersama* ATAU *memikirkan* sang wanita.
Dengan begitu, sang wanita akan TERTANTANG untuk mendapatkan anda, dan dia akan mendapatkan anda untuk SEJENAK, dan anda kembali mengejar Passion anda, dan sang wanita TERTANTANG kembali untuk mendapatkan anda, dan dia akan kembali mendapatkan anda untuk SEJENAK, dan anda kembali mengejar Passion anda, dan proses ini berulang terus menerus...
Proses "pengejaran" ini HARUS berlangsung dari awal ia bertemu dengan anda, hingga ia berpacaran dengan anda, hingga ia menikah dengan anda, dan hingga akhir hayat nya!
Inilah yang disebut dengan KESETIAAN.
KESETIAAN adalah pengejaran tiada akhir yang dilakukan wanita terhadap anda.
Dengan kata lain, wanita akan *SETIA* kepada anda jika anda menempatkan mereka NOMOR 2, dan Passion anda NOMOR 1.
Dan saya INGATKAN kembali kepada anda bahwa jika anda bertanya kepada Wanita tentang hal ini, maka mereka akan menjawab SECARA LOGIKA bahwa mereka HARUS menjadi NOMOR 1, namun EMOSI mereka BERTINDAK sebaliknya, diluar kesadaran mereka.
Sebuah teknik flirting yang cukup sering saya gunakan untuk mengkomunikasikan Passion saya kepada wanita berbunyi sebagai berikut:
me: "kamu tau ga? aku punya 3 istri lho!"
her: "hah?"
me: "iya... istri pertama itu MacBook Pro, istri kedua itu iPhone, istri ketiga itu KAMU!"
Lakukan dengan benar, maka anda akan dapat FLIRT DASYAT yang akan menjurus ke KINO KELAS BERAT! ^_^
Jadi ingat bahwa PASSION dapat menimbulkan KETERTARIKAN SECARA ALAMI dalam diri wanita, dan PASSION juga merupakan KUNCI dari KESETIA'AN wanita kepada anda!
So Attraction is all about Building a Life with Passion, not about *chasing* or *hitting* woman with your game!
by the way, point ke 4, yaitu: "Bagaimana cara mencari tau apa yang anda lakukan adalah Passion anda" dan point ke 5, yaitu: "Bagaimana cara mencari Passion anda yang sebenarnya", akan saya lanjutkan BESOK setelah Super Seminar.
Stand By!
sumber : Pencinta wanita.com
Gimana cara kita tau kalo kita itu following the passion? dan juga cara mencari passionnya (pernah dipost kayaknya pas part 1 deh, berarti udah ilang postnya :hammer)
JAWAB:
Ah... Good Question!
Pertanyaan seperti ini nih yang membangun Karakter... Bosen juga jawab pertanyaan soal Approach dan Opener melulu.
5 Hal,
1. Apa itu Passion.
Wikipedia: "Passion is an intense emotion compelling feeling, enthusiasm, or desire for something."
yah terjemahkan sendiri lah artinya!
satu hal yang saya ingin tekankan adalah: Passion is MORE than just love!
Nah lalu dimana letak LEBIH nya "passion" dibandingkan "love"?
Passion (atau dalam bahasa indonesia nya disebut HASRAT), adalah sesuatu yang membuat seseorang RELA MATI demi melakukan nya.
Sedangkan "Love", dapat datang dan pergi.
Jadi jika anda punya Passion akan sesuatu (atau seseorang), anda akan RELA MATI demi memperjuangkan nya.
Mungkin definisi versi saya tentang Passion adalah: "Dorongan yang sangat kuat untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu"
2. Apa Gunanya Passion?
Setelah kita tau apa itu Passion, lalu apa gunanya untuk memikat wanita?
Gunanya adalah untuk membangun koneksi EMOSI antara anda dan sang wanita.
Lalu bagaimana Passion anda dapat membangun koneksi EMOSI dengan wanita?
Saya jelaskan!
Wanita dapat SANGAT CEPAT menangkap gejolak EMOSI pada saat sang pria berbicara ATAU melakukan passion nya. Hal ini dikarenakan otak emosi sang wanita menangkap energi antusiasme yang terpancar dari sang Pria.
Makanya banyak wanita yang tergila-gila dengan anak band, pebisnis tangguh, bintang olah raga, dan siapapun yang MEMILIKI PASSION dan benar-benar MENGEJARNYA!
Ada sesuatu KEKUATAN DAYA TARIK yang SANGAT MENARIK jika anda memiliki TUJUAN YANG JELAS dan BENAR-BENAR MENGEJAR hal tersebut!
dan GILANYA, jika anda benar-benar memiliki Passion, anda tidak perlu MEMBUAT-BUAT omongan "sok-sok keren" untuk show off didepan wanita!
mengapa?
karena Passion anda TERPANCAR SECARA ALAMI dengan sendirinya pada saat anda ber-interaksi dengan wanita!
dengan kata lain, anda cukup JADI NORMAL dan DENGAN SEGERA, sang wanita dapat tertarik dengan anda!
There's NO MORE "GAMES" to play with woman! ...Only You, Your Passion and Attraction!
That's it!
Jadi Passion amat sangat BERPENGARUH untuk kehidupan anda, juga ketertarikan alami dengan wanita!
Semua NATURALS tidak punya "GAME", ROUTINE atau SKENARIO untuk mengelabuhi wanita... yang mereka punya hanyalah diri mereka beserta Passion yang menarik wanita SECARA ALAMI!
3. Passion Terlarang!
Nah setelah kita tau apa itu Passion dan Gunanya, kita juga harus tau ada sebuah Passion yang TERLARANG!
Passion tersebut adalah pada saat anda MENEMPATKAN wanita menjadi Passion anda!
Mengapa menempatkan wanita menjadi Passion anda itu terlarang?
Karena jika anda sudah menempatkan wanita menjadi Passion anda, itu akan membuat sang wanita menjadi NOMOR 1 bagi anda!
dan apakah menjadikan wanita NOMOR 1 itu salah?
YA! ...SANGAT SALAH!
Mari saya jelaskan sebuah konsep PW yang saya sebut "pengejaran seumur hidup".
Aneh tapi nyata, namun jika wanita SUDAH SUKA akan sesuatu namun BELUM memilikinya, mereka akan *SETIA MENGEJAR* sesuatu tersebut.
Saya ulangi:
Jika wanita SUDAH SUKA akan sesuatu namun BELUM memilikinya, mereka akan *SETIA MENGEJAR* sesuatu tersebut.
dan kebalikan nya juga sungguh BENAR... yaitu, Wanita akan:
+ Menjadi semena-mena,
+ Mendominasi, atau bahkan,
+ MUDAH MENINGGALKAN...
...sesuatu tersebut, JIKA mereka SUDAH MEMILIKI sesuatu tersebut!
Coba anda ingat-ingat pengalaman anda dimana anda MENGINGINKAN sesuatu, dan pada saat anda sudah memilikinya, anda bosan dengan sesuatu tersebut!
Contoh dari pengalaman saya adalah pada saat saya menginginkan sebuah gitar limited edition yang sulit didapatkan.
SEBELUM saya mendapatkan gitar tersebut, saya AMAT SANGAT tergila-gila untuk mendapatkan nya...
Walaupun saya amat bahagia setelah "bekerja keras" dan pada akhirnya mendapatkan gitar tersebut, kebahagiaan saya DENGAN SEGERA menjadi tidak berarti karena saya sudah MERASA MEMILIKI gitar tersebut.
Dan akhirnya, gitar tersebut hanya saya mainkan sesekali saja dan lebih menjadi pajangan pribadi.
Coba ingat-ingat pengalaman anda dimana pada saat anda memberikan SEGALA-GALANYA dan MENJADIKAN seorang wanita menjadi NOMOR 1 lalu tiba-tiba sikapnya BERUBAH TOTAL?
Hmm...
Manusia (wanita khususnya), akan *SETIA MENGEJAR* sesuatu yang belum mereka miliki, namun BEGITU mereka memilikinya, maka RASA HAUS akan sesuatu tersebut berubah menjadi KEBOSANAN.
Oleh karena itu, anda HARUS SELALU menjadikan wanita menjadi NOMOR 2, dan PASSION anda NOMOR 1.
Wanita MUNGKIN SAJA *BERKATA* bahwa mereka akan SETIA dan BAHAGIA jika mereka menjadi NOMOR 1, namun itu hanya LOGIKA mereka saja!
Kenyataan nya, EMOSI mereka BERTINDAK sebaliknya dari apa yang mereka ucapkan!
FAKTA dari konsep ini dapat dilihat dari beberapa kasus perceraian para artis seperti
+ Tamara Blezinsky meninggalkan suaminya Tengku Rafli Pasha,
+ Elma Theana meninggalkan suaminya Fahri Indarto,
+ dan sudah tentu Kris Dayanti meninggalkan suaminya Anang.
Semua karena "Lack of Passion" sang suami yang hanya menempatkan sang istri sebagai Passion nomor 1 mereka.
Begitu Wanita menjadi nomor 1, maka tidak akan ada lagi yang namanya TANTANGAN.
Begitu tidak ada lagi TANTANGAN, maka timbullah KEBOSANAN.
Begitu timbul KEBOSANAN, maka DENGAN SENDIRINYA wanita akan:
+ Menjadi semena-mena,
+ Mendominasi, atau bahkan,
+ Meninggalkan anda!
Dan itu PASTI.
Lalu bagaimana SOLUSI nya?
Seperti yang kita ketahui bahwa wanita adalah makhluk yang PENUH CEMBURU.
Jika anda menempatkan wanita NOMOR 2, dan Passion anda (apapun itu selain sang wanita) NOMOR 1, maka sang wanita akan SANGAT CEMBURU dengan PASSION anda!
Hal tersebut menyebabkan mereka TERTANTANG dan *SETIA* untuk BERSAING dengan Passion anda, agar mereka dapat menjadi NOMOR 1.
Hal ini dapat dilihat dari perilaku sang wanita yang berkata "kamu kok lebih mentingin urusan kamu sih?", "kamu sibuk terus... kamu kangen ga sih sama aku?", atau bahkan lebih ekstrim, "kamu pilih aku atau hobi kamu itu?"
Hal ini dilakukan wanita untuk BENAR-BENAR menjadi NOMOR 1 bagi anda, dibandingkan Passion anda.
Dan jika anda pada akhirnya menempatkan mereka sebagai NOMOR 1, maka hal-hal seperti "konflik", "cinta hambar", "perselingkuhan" ataupun "pemutusan hubungan sepihak" akan terjadi.
Kata "I Miss You" tidak akan keluar dari mulut wanita jika anda selalu berada didepan muka sang wanita setiap saat!
Kata "I Miss You" akan sering terdengar jika anda cukup sibuk mengejar Passion anda dan menghilang sesaat dari sang wanita!
Anda harus CUKUP SIBUK mengejar Passion anda dan luangkan waktu LEBIH SEDIKIT untuk *dapat bersama* ATAU *memikirkan* sang wanita.
Dengan begitu, sang wanita akan TERTANTANG untuk mendapatkan anda, dan dia akan mendapatkan anda untuk SEJENAK, dan anda kembali mengejar Passion anda, dan sang wanita TERTANTANG kembali untuk mendapatkan anda, dan dia akan kembali mendapatkan anda untuk SEJENAK, dan anda kembali mengejar Passion anda, dan proses ini berulang terus menerus...
Proses "pengejaran" ini HARUS berlangsung dari awal ia bertemu dengan anda, hingga ia berpacaran dengan anda, hingga ia menikah dengan anda, dan hingga akhir hayat nya!
Inilah yang disebut dengan KESETIAAN.
KESETIAAN adalah pengejaran tiada akhir yang dilakukan wanita terhadap anda.
Dengan kata lain, wanita akan *SETIA* kepada anda jika anda menempatkan mereka NOMOR 2, dan Passion anda NOMOR 1.
Dan saya INGATKAN kembali kepada anda bahwa jika anda bertanya kepada Wanita tentang hal ini, maka mereka akan menjawab SECARA LOGIKA bahwa mereka HARUS menjadi NOMOR 1, namun EMOSI mereka BERTINDAK sebaliknya, diluar kesadaran mereka.
Sebuah teknik flirting yang cukup sering saya gunakan untuk mengkomunikasikan Passion saya kepada wanita berbunyi sebagai berikut:
me: "kamu tau ga? aku punya 3 istri lho!"
her: "hah?"
me: "iya... istri pertama itu MacBook Pro, istri kedua itu iPhone, istri ketiga itu KAMU!"
Lakukan dengan benar, maka anda akan dapat FLIRT DASYAT yang akan menjurus ke KINO KELAS BERAT! ^_^
Jadi ingat bahwa PASSION dapat menimbulkan KETERTARIKAN SECARA ALAMI dalam diri wanita, dan PASSION juga merupakan KUNCI dari KESETIA'AN wanita kepada anda!
So Attraction is all about Building a Life with Passion, not about *chasing* or *hitting* woman with your game!
by the way, point ke 4, yaitu: "Bagaimana cara mencari tau apa yang anda lakukan adalah Passion anda" dan point ke 5, yaitu: "Bagaimana cara mencari Passion anda yang sebenarnya", akan saya lanjutkan BESOK setelah Super Seminar.
Stand By!
sumber : Pencinta wanita.com
MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI
MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI
Bingung juga buat kasih judul untuk artikel pertama, tapi kamu bisa ubah sesuai dengan yang kamu inginkan setelah baca artikel ini.
Paham..?
Baik kita lanjutkan. Ini dimulai sekitar 2 hari yang lalu, waktu saya bertemu dengan R temen cewek waktu SMA (sepakat kita sebut dia R) jadi kira kira kayak gini neh :
R : “eh ky lama ga ketemu neh, masih jago komputer kan..? bisa ajarin cara buat blog ga.?”, (saya sih ga’ langsung jawab, cuman diem aja seperti biasa), wah masih ga berubah neh orang (dengan satu hembusan nafas panjang plus muka sebelnya)
KY : (dengan muka KAYAK berfikir), mmm, “kalo buat blog sih gampang tapi yang susah cuman satu”
R : “ apa yang susah”??
KY : (dengan lantang dan pede gw bilang) “yang susah tuh nurunin berat badan bapakmu…!!!
R : “Ahhh..!! dasar Rese’….!!
Sebelum saya lanjutkan (kata saya diganti al atau ky juga boleh), saya mo cerita dikit tentang “R” usianya 22 tahun, pinter, and fisik yang kalo al nilai mungkin sekitar 8,5. Membaca pembicaraan pembuka tadi apa yang kamu bisa lihat, ky yang sombong , ky yang rese’, atau ky yang bikin “R” jadi terPANCING emosinya…
Hey ayo fikir dulu jangan lanjut baca dulu ..
Sudah ..??
Jadi apapun jawaban pilihan kalian semuanya akan selalu benar sebelum membaca kelanjutan pembicaraan kami, oh ia mau flash back dulu kalau inget al zaman SMA dulu mungkin akan beda dengan yang sekarang (sumpah gw grogi berat waktu bicara ama mahluk berdada yang mitosnya berasal dari venus ini , WANITA…!!) makanya kalau tiap kali ngobrol paling gw cuman diem aja. Jadi untuk yang merasa seperti gw lanjutin baca dan yang ga’ ngerasa silahkan lihat tanda X di pojok kanan atas dan tutup segera artikel ini, karena artikel kali ini khusus saya bagikan Cuma buat teman2 cowok yang ngerasa kurang pd.
Rasa percaya diri dapat dimungkinkan ada pada diri seseorang APABILA IA MERASA MAMPU, IA MERASA LEBIH, DAN IA MEMILIKI PERSIAPAN. Jadi kalau sekarang kamu merasa tidak pd dengan keadaan kamu berarti kamu akan merasakan perasaan tidak mampu, tidak memiliki kelebihan, dan tidak memliki persiapan untuk melakukan apapun aktifitas kamu.
Jadi apa yang harus kamu lakukan jika itu terjadi ??
Satu hal yang paling mendasar adalah MULAILAH MENGHARGAI DIRI SENDIRI, jangan pernah beranggapan bahwa kalian merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu, jangan beranggapan kalau muka kalian itu pas pasan dan tidak pantas untuk bicara dengan cewek manapun malah lakukan yang sebaliknya. Untuk melakukan itu gw punya kata kata ajaib neh “SAYA ADALAH GRAVITASI”, dengan beranggapan kamu adalah gravitasi dari dunia, secara tidak langsung memaksa otak kamu beranggapan semua yang ada disekitar kamu ada dibawah kendali tubuh kalian… hebat bukan…
Baik sekarang saatnya kembali melanjutkan percakapan diatas
R : “kamu tuh sekalinya ngomong nyebelin yach”
KY : “(dengan senyum santai), kamu tuh sekalinya ngomong manis banget yach…”
R : “(dengan muka bingung n senyum senyum), udah dari dulu kale..!!! hehehe
KY : “ia manis banget sampai jadi inget film horror yang semalem… hehehe,,
R : iiihhh nyebelin (sambil cubitan kecil di lengan gw)
Ok… cukup segitu dulu, karena selanjutnya tuh cewek gw ajarin ngeblog, traktirin gw macem macem Cuma buat jalan jalan bareng gw and tentunya bertingkah rada genit di sekitar gw,,. Yuph tangan gw udah pegel buat ngetik so lain kali gw akan bahas mengenai menimbulkan ketertarikan antara pria dan wanita,, dan pertanyaan terakhirnya adalah : Apakah Anda Mau Menghargai Diri Anda..??
Sahabatmu, Al Muzaky
Bingung juga buat kasih judul untuk artikel pertama, tapi kamu bisa ubah sesuai dengan yang kamu inginkan setelah baca artikel ini.
Paham..?
Baik kita lanjutkan. Ini dimulai sekitar 2 hari yang lalu, waktu saya bertemu dengan R temen cewek waktu SMA (sepakat kita sebut dia R) jadi kira kira kayak gini neh :
R : “eh ky lama ga ketemu neh, masih jago komputer kan..? bisa ajarin cara buat blog ga.?”, (saya sih ga’ langsung jawab, cuman diem aja seperti biasa), wah masih ga berubah neh orang (dengan satu hembusan nafas panjang plus muka sebelnya)
KY : (dengan muka KAYAK berfikir), mmm, “kalo buat blog sih gampang tapi yang susah cuman satu”
R : “ apa yang susah”??
KY : (dengan lantang dan pede gw bilang) “yang susah tuh nurunin berat badan bapakmu…!!!
R : “Ahhh..!! dasar Rese’….!!
Sebelum saya lanjutkan (kata saya diganti al atau ky juga boleh), saya mo cerita dikit tentang “R” usianya 22 tahun, pinter, and fisik yang kalo al nilai mungkin sekitar 8,5. Membaca pembicaraan pembuka tadi apa yang kamu bisa lihat, ky yang sombong , ky yang rese’, atau ky yang bikin “R” jadi terPANCING emosinya…
Hey ayo fikir dulu jangan lanjut baca dulu ..
Sudah ..??
Jadi apapun jawaban pilihan kalian semuanya akan selalu benar sebelum membaca kelanjutan pembicaraan kami, oh ia mau flash back dulu kalau inget al zaman SMA dulu mungkin akan beda dengan yang sekarang (sumpah gw grogi berat waktu bicara ama mahluk berdada yang mitosnya berasal dari venus ini , WANITA…!!) makanya kalau tiap kali ngobrol paling gw cuman diem aja. Jadi untuk yang merasa seperti gw lanjutin baca dan yang ga’ ngerasa silahkan lihat tanda X di pojok kanan atas dan tutup segera artikel ini, karena artikel kali ini khusus saya bagikan Cuma buat teman2 cowok yang ngerasa kurang pd.
Rasa percaya diri dapat dimungkinkan ada pada diri seseorang APABILA IA MERASA MAMPU, IA MERASA LEBIH, DAN IA MEMILIKI PERSIAPAN. Jadi kalau sekarang kamu merasa tidak pd dengan keadaan kamu berarti kamu akan merasakan perasaan tidak mampu, tidak memiliki kelebihan, dan tidak memliki persiapan untuk melakukan apapun aktifitas kamu.
Jadi apa yang harus kamu lakukan jika itu terjadi ??
Satu hal yang paling mendasar adalah MULAILAH MENGHARGAI DIRI SENDIRI, jangan pernah beranggapan bahwa kalian merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu, jangan beranggapan kalau muka kalian itu pas pasan dan tidak pantas untuk bicara dengan cewek manapun malah lakukan yang sebaliknya. Untuk melakukan itu gw punya kata kata ajaib neh “SAYA ADALAH GRAVITASI”, dengan beranggapan kamu adalah gravitasi dari dunia, secara tidak langsung memaksa otak kamu beranggapan semua yang ada disekitar kamu ada dibawah kendali tubuh kalian… hebat bukan…
Baik sekarang saatnya kembali melanjutkan percakapan diatas
R : “kamu tuh sekalinya ngomong nyebelin yach”
KY : “(dengan senyum santai), kamu tuh sekalinya ngomong manis banget yach…”
R : “(dengan muka bingung n senyum senyum), udah dari dulu kale..!!! hehehe
KY : “ia manis banget sampai jadi inget film horror yang semalem… hehehe,,
R : iiihhh nyebelin (sambil cubitan kecil di lengan gw)
Ok… cukup segitu dulu, karena selanjutnya tuh cewek gw ajarin ngeblog, traktirin gw macem macem Cuma buat jalan jalan bareng gw and tentunya bertingkah rada genit di sekitar gw,,. Yuph tangan gw udah pegel buat ngetik so lain kali gw akan bahas mengenai menimbulkan ketertarikan antara pria dan wanita,, dan pertanyaan terakhirnya adalah : Apakah Anda Mau Menghargai Diri Anda..??
Sahabatmu, Al Muzaky
ASKEP TBC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff, 2005 : 73).
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008 : 59).
2. Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat tahan asam pada perwarnaan. Oleh karena itu, disebut sebagai basil tahan asam (Somantri, 2008 : 59).
3. Patofisiologi
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif (Brunner dan Suddarth, 2002).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
2.1.4.4 Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
2.1.4.5 Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.
2.1.4.6 Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
2.1.4.7 Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses infeksi.
2.1.4.8 Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
2.1.4.9 Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
2.1.4.10 Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
2.1.5.1 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2.1.5.2 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
2 1.5.3 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
2.1.5.4 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
2.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
2.1.6.1.1 Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
2.1.6.1.2 Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
2.1.6.1.3 Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
2.1.6.1.4 Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
2.1.6.1.5 Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
2.1.6.1.6 Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
2.1.6.1.7 Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
2.1.6.2 Pemeriksaan Radiologis
2.1.6.2.1 Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis (DepKes RI, 2002 : 37)
2.1.7.1 Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
2.1.7.1.1 Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan.
2.1.7.1.2 Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
2.1.7.1.3 Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan.
2.1.7.1.4 Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
2.1.7.1.5 Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.
2.1.7.2 Tahap Pengobatan
Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu:
2.1.7.2.1 Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti Tuberculosis (OAT).
2.1.7.2.2 Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
2.1.7.3 Kategori Pemberian Obat Anti Tuberculosis
2.1.7.3.1 Kategori 1 (211RZE/4113R3)
Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE), kemudian teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC paru BTA positif
- Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif.
- Penderita TBC ekstra paru berat.
2.1.7.3.2 Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3RE3)
Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid (H), Rifampisn, Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin (R), Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam seminggu.
Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal, penderita dengan pengobatan setelah lalai.
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Dosis Per Hari / Kali Jumlah hari/kali
menelan
obat
Tablet Insoniasid
@ 300 mg Kaplet Rifampisin
@, 450 mg Tablet Pirasinamid
@ 500 mg Tablet Etambutol
@ 250 mg
Tahap intensif (dosis harian) 2 bulan 1 1 3 3 60
Tahap lanjutan (dosis 3 x seminggu) 4 bulan 2 1 - - 54
Tabel 1 : Panduan OAT Kategori 1
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Tablet
Insoniasid
@ 300 mg Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg Tablet
Pirasinamid
@ 500 mg Etambutol
Streptomisin injeksi Jumlah
hari/kali menelan obat
Tablet
@ 250 mg Tablet
@500 mg
Tahap intensif (dosis harian) 2 bulan
1 bulan
1
1
3 3
3
3 3
_ 0.75 gr
- 60
30
Tahap lanjutan
(dosis 3 x seminggu) 5 bulan
2 1 - 1 2 - 66
Tabel 2 : Panduan OAT Kategori 2
Tabel 3 : Panduan OAT Kategori 3
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Tablet
Insoniasid
@ 300 mg Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg Tablet
Pirasinamid
@ 500 mg Jumlah
hari/ kali
menelan
obat
Tahap intensif (dosis harian) 2 bulan
1
1
3
60
Tahap lanjutan (dosis 3 x seminggu) 4 bulan 2 1 - 54
Tabel 4 : Panduan OAT Sisipan
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Tablet
Insoniasid
@ 300 mg Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg Tablet
Pirasinamid
@ 500 mg Tablet
etambutol
@ 250 mg Jumlah
hari/ kali
menelan
obat
Tahap intensif
(dosis harian) 2 bulan 1 1 3 3 30
2.1.7.3.3 Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan roentgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis aksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
2.1.7.3.4 OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan.
2.2 Manajemen Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang pasien, keluarga dan kelompok melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (Carpenito, 1999:24)
Menurut Doengoes 1999, pada pengkajian pada pasien tuberculosis paru akan di temukan data-data sebagai berikut :
2.2.1.1 Aktivitas / istirahat
Gejala : Badan lemah, sesak nafas, Kesulitan tidur pada malam hari, demam dan menggigil, berkeringat pada malam hari.
Tanda : Takikardia, takipnea / dipsnea pada kerja kelelahan otot, nyeri dan sesak.
2.2.1.2 Integritas ego
Gejala : Adanya faktor stress, Masalah keuangan, Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan, dan mudah tersinggung.
2.2.1.3 Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit kering / kulit bersisik, dan kehilangan otot.
2.2.1.4 Nyeri / kenyaman
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah
2.2.1.5 Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tak produktif. Sesak nafas.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fobrosis parenkim paru dan pleura), Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural) atau penebalan pleural.
2.2.1.6 Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker. Tes HIV positif
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
2.2.1.7 Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
2.2.1.8 Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga tuberculosis. Status kesehatan buruk. Gagal untuk membaik atau kambuhnya tuberculosis. Tidak berpartisipasi dalam terapi.
Rencana
Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat, dan bantuan perawatan diri, serta pemeliharaan atau perawatan rumah.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul menurut (Doenges, 1999) :
2.2.2.1 Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.
2.2.2.2 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental atau berlebih.
2.2.2.3 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
2.2.2.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
2.2.2.5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang informasi.
2.2.3 Intervensi, Rasionalisasi dan Evaluasi
2.2.3.1 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.
2.2.3.1.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, bicara, tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari atau menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi.
2. Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah.
Rasional: Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Kaji tindakan kontrol sementara, contoh masker atau isolasi pemapasan.
Rasional: Dapat menurunkan rasa, terisolasi pasien dan membuang stigma sosial berhubungan dengan penyakit menular.
4. Awasi suhu sesuai indikasi.
Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
5. Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat.
Rasional : Kombinasi agen anti infeksi digunakan 2/1 obat primer tambah I obat sekunder.
2.2.3.1.2 Evaluasi :
1. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi.
2. Menunjukkan teknik atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan Iingkungan yang aman.
2.2.3.2 Bersihkan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental atau berlebihan.
2.2.3.2.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif dan catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret kental, sputum berdarah kental atau cerah diakibatkan kerusakan (kavitasi) atau lulcaan bronchial.
3. Atur posisi semi atau fowler tinggi.
Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru.
4. Ajarkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi, pengisapan dapat diperlukan apabila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
6. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret dan mudah dikeluarkan.
7. Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
2.2.3.2.2 Evaluasi
1. Mempertahankan jalan nafas pasien.
2. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
3. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
2.2.3.3 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas, berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
2.2.3.3.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji dispnea, takipnea, tak normal atau menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan,terbatasnya ekspansi, dinding dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberculosis paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronco pneumonia sampai inflamasi difus, nekrosis, efusi pleural dan fibrosis luas.
2. Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret atau pengaruh jalan napas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
3. Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau permukaan alveolar paru.
2.2.3.3.2 Evaluasi
1. Menunjukkan tak adanya atau mcngalami penurunan dispnea.
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
3. Bebas dari gejala distress pernapasan.
2.2.3.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
2.2.3.4.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat atau luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
2. Awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Rasional : Berguna dalam mengatur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
3. Dorong dan berikan periode istirahat sering. Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
4. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau kebutuhan energi dari makan¬-makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
5. Kolaborasi ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
2.2.3.4.2 Evaluasi
1. Menunjukkan berat badan meningkat.
2. Meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang ideal.
2.2.3.5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang informasi.
2.2.3.5.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.
Rasional : Memenuhi kebutuhan metabolik mernbantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
3. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.
Rasional : Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi.
4. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama.
Rasional : Meningkatkan kerja lama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.
5. Dorong pasien dan orang terdekat untuk menyatakan takut. Jawab pertanyaan secara nyata.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi atau peningkatan ansietas.
2.2.3.5.2 Evaluasi
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan.
2. Melakukan pola hidup sehat untuk memperbaiki kesehatan umum.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta.
Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Medical Record RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2007.
Profil Kesehatan Kalimantan Tengah 2006.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medical Bedah; Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff, 2005 : 73).
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008 : 59).
2. Etiologi
Tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat tahan asam pada perwarnaan. Oleh karena itu, disebut sebagai basil tahan asam (Somantri, 2008 : 59).
3. Patofisiologi
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif (Brunner dan Suddarth, 2002).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a. Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b. Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
2.1.4.4 Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
2.1.4.5 Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.
2.1.4.6 Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
2.1.4.7 Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses infeksi.
2.1.4.8 Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
2.1.4.9 Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
2.1.4.10 Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
2.1.5.1 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2.1.5.2 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
2 1.5.3 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
2.1.5.4 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
2.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
2.1.6.1.1 Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
2.1.6.1.2 Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
2.1.6.1.3 Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
2.1.6.1.4 Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.
2.1.6.1.5 Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
2.1.6.1.6 Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
2.1.6.1.7 Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
2.1.6.2 Pemeriksaan Radiologis
2.1.6.2.1 Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
2.1.7 Penatalaksanaan Medis (DepKes RI, 2002 : 37)
2.1.7.1 Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
2.1.7.1.1 Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan.
2.1.7.1.2 Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
2.1.7.1.3 Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan.
2.1.7.1.4 Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
2.1.7.1.5 Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.
2.1.7.2 Tahap Pengobatan
Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu:
2.1.7.2.1 Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti Tuberculosis (OAT).
2.1.7.2.2 Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
2.1.7.3 Kategori Pemberian Obat Anti Tuberculosis
2.1.7.3.1 Kategori 1 (211RZE/4113R3)
Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE), kemudian teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC paru BTA positif
- Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif.
- Penderita TBC ekstra paru berat.
2.1.7.3.2 Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3RE3)
Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid (H), Rifampisn, Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin (R), Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam seminggu.
Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal, penderita dengan pengobatan setelah lalai.
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Dosis Per Hari / Kali Jumlah hari/kali
menelan
obat
Tablet Insoniasid
@ 300 mg Kaplet Rifampisin
@, 450 mg Tablet Pirasinamid
@ 500 mg Tablet Etambutol
@ 250 mg
Tahap intensif (dosis harian) 2 bulan 1 1 3 3 60
Tahap lanjutan (dosis 3 x seminggu) 4 bulan 2 1 - - 54
Tabel 1 : Panduan OAT Kategori 1
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Tablet
Insoniasid
@ 300 mg Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg Tablet
Pirasinamid
@ 500 mg Etambutol
Streptomisin injeksi Jumlah
hari/kali menelan obat
Tablet
@ 250 mg Tablet
@500 mg
Tahap intensif (dosis harian) 2 bulan
1 bulan
1
1
3 3
3
3 3
_ 0.75 gr
- 60
30
Tahap lanjutan
(dosis 3 x seminggu) 5 bulan
2 1 - 1 2 - 66
Tabel 2 : Panduan OAT Kategori 2
Tabel 3 : Panduan OAT Kategori 3
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Tablet
Insoniasid
@ 300 mg Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg Tablet
Pirasinamid
@ 500 mg Jumlah
hari/ kali
menelan
obat
Tahap intensif (dosis harian) 2 bulan
1
1
3
60
Tahap lanjutan (dosis 3 x seminggu) 4 bulan 2 1 - 54
Tabel 4 : Panduan OAT Sisipan
Tahap
Pengobatan Lamanya
Pengobatan Tablet
Insoniasid
@ 300 mg Kaplet
Rifampisin
@ 450 mg Tablet
Pirasinamid
@ 500 mg Tablet
etambutol
@ 250 mg Jumlah
hari/ kali
menelan
obat
Tahap intensif
(dosis harian) 2 bulan 1 1 3 3 30
2.1.7.3.3 Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan roentgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis aksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
2.1.7.3.4 OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan.
2.2 Manajemen Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang pasien, keluarga dan kelompok melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (Carpenito, 1999:24)
Menurut Doengoes 1999, pada pengkajian pada pasien tuberculosis paru akan di temukan data-data sebagai berikut :
2.2.1.1 Aktivitas / istirahat
Gejala : Badan lemah, sesak nafas, Kesulitan tidur pada malam hari, demam dan menggigil, berkeringat pada malam hari.
Tanda : Takikardia, takipnea / dipsnea pada kerja kelelahan otot, nyeri dan sesak.
2.2.1.2 Integritas ego
Gejala : Adanya faktor stress, Masalah keuangan, Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan, dan mudah tersinggung.
2.2.1.3 Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit kering / kulit bersisik, dan kehilangan otot.
2.2.1.4 Nyeri / kenyaman
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi, gelisah
2.2.1.5 Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tak produktif. Sesak nafas.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fobrosis parenkim paru dan pleura), Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural) atau penebalan pleural.
2.2.1.6 Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker. Tes HIV positif
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
2.2.1.7 Interaksi sosial
Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
2.2.1.8 Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga tuberculosis. Status kesehatan buruk. Gagal untuk membaik atau kambuhnya tuberculosis. Tidak berpartisipasi dalam terapi.
Rencana
Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan / gangguan dalam terapi obat, dan bantuan perawatan diri, serta pemeliharaan atau perawatan rumah.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul menurut (Doenges, 1999) :
2.2.2.1 Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.
2.2.2.2 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental atau berlebih.
2.2.2.3 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
2.2.2.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
2.2.2.5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang informasi.
2.2.3 Intervensi, Rasionalisasi dan Evaluasi
2.2.3.1 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan atau infeksi.
2.2.3.1.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, bicara, tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari atau menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi.
2. Anjurkan pasien untuk batuk dan bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah.
Rasional: Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Kaji tindakan kontrol sementara, contoh masker atau isolasi pemapasan.
Rasional: Dapat menurunkan rasa, terisolasi pasien dan membuang stigma sosial berhubungan dengan penyakit menular.
4. Awasi suhu sesuai indikasi.
Rasional : Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
5. Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat.
Rasional : Kombinasi agen anti infeksi digunakan 2/1 obat primer tambah I obat sekunder.
2.2.3.1.2 Evaluasi :
1. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko penyebaran infeksi.
2. Menunjukkan teknik atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan Iingkungan yang aman.
2.2.3.2 Bersihkan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental atau berlebihan.
2.2.3.2.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji fungsi pernapasan, bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Rasional : Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak atau batuk efektif dan catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret kental, sputum berdarah kental atau cerah diakibatkan kerusakan (kavitasi) atau lulcaan bronchial.
3. Atur posisi semi atau fowler tinggi.
Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru.
4. Ajarkan pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pengisapan sesuai keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi atau aspirasi, pengisapan dapat diperlukan apabila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
6. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi.
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret dan mudah dikeluarkan.
7. Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi.
2.2.3.2.2 Evaluasi
1. Mempertahankan jalan nafas pasien.
2. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
3. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
2.2.3.3 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas, berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
2.2.3.3.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji dispnea, takipnea, tak normal atau menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan,terbatasnya ekspansi, dinding dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberculosis paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronco pneumonia sampai inflamasi difus, nekrosis, efusi pleural dan fibrosis luas.
2. Catat sianosis atau perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret atau pengaruh jalan napas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.
3. Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi atau permukaan alveolar paru.
2.2.3.3.2 Evaluasi
1. Menunjukkan tak adanya atau mcngalami penurunan dispnea.
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
3. Bebas dari gejala distress pernapasan.
2.2.3.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
2.2.3.4.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat atau luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
2. Awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Rasional : Berguna dalam mengatur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
3. Dorong dan berikan periode istirahat sering. Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
4. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau kebutuhan energi dari makan¬-makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
5. Kolaborasi ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
2.2.3.4.2 Evaluasi
1. Menunjukkan berat badan meningkat.
2. Meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang ideal.
2.2.3.5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang informasi.
2.2.3.5.1 Intervensi dan rasionalisasi
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.
Rasional : Memenuhi kebutuhan metabolik mernbantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
3. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.
Rasional : Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi.
4. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama.
Rasional : Meningkatkan kerja lama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.
5. Dorong pasien dan orang terdekat untuk menyatakan takut. Jawab pertanyaan secara nyata.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi atau peningkatan ansietas.
2.2.3.5.2 Evaluasi
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan.
2. Melakukan pola hidup sehat untuk memperbaiki kesehatan umum.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta.
Departeman Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Medical Record RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2007.
Profil Kesehatan Kalimantan Tengah 2006.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medical Bedah; Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta
ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
B. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
b. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
F. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
Terapi antibiotika dosis tunggal
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
G. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
H. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
I. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih
Intervensi:
a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
e. Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
f. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
c. Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
d. Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
e. Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
KriteriaHasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
B. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi urease.
C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
b. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan muntah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
F. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
Terapi antibiotika dosis tunggal
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
G. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
H. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
I. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih
Intervensi:
a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
e. Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
f. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil :
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
c. Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
d. Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
e. Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
KriteriaHasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
ASKEP CEDERA KEPALA
CEDERA KEPALA
A. PENGERTIAN
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gegar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
2. Hipotensi sistemik
3. Hipoksia
4. Hiperkapnea
5. Udema otak
6. Komplikasi pernapasan
7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
C. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN
1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi, Peningkatan suhu
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
4. Pemeriksaan Penujang
• CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
• MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
• Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
• Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
• X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
• BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
• PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
• CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
• ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
• Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial
• Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan
Konservatif:
• Bedrest total
• Pemberian obat-obatan
• Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Komplikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
C. INTERVENSI
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
• Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
• Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.
• Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
• Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.
• Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
• Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.
Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
• Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
• Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.
• Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
• Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.
Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.
Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.
Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.
Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.
Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.
Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma )
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.
Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.
Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
• Bina hubungan saling percaya.
Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
• Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
• Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
• Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
• Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
• Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
• Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
• Ganti posisi pasien setiap 2 jam
• Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
• Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
• Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
• Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
• Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
A. PENGERTIAN
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :
1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gegar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
2. Hipotensi sistemik
3. Hipoksia
4. Hiperkapnea
5. Udema otak
6. Komplikasi pernapasan
7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain
C. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN
1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi, Peningkatan suhu
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
4. Pemeriksaan Penujang
• CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
• MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
• Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
• Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
• X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
• BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
• PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
• CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
• ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
• Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial
• Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan
Konservatif:
• Bedrest total
• Pemberian obat-obatan
• Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Komplikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
C. INTERVENSI
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
• Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
• Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.
• Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
• Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.
• Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
• Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.
Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
• Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
• Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.
• Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
• Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.
Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.
Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.
Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.
Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.
Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.
Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma )
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.
Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.
Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.
Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
• Bina hubungan saling percaya.
Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
• Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
• Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
• Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
• Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
• Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
• Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
• Ganti posisi pasien setiap 2 jam
• Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
• Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
• Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
• Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
• Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
ASKEP DIABETES MELLITUS (DM)
DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukagon↑ penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis hiperglikemia
lemak protein glycosuria
ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi
↓ pH Hemokonsentrasi
Asidosis Trombosis
Aterosklerosis
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
Hindarkan lantai yang licin.
Gunakan bed yang rendah.
Orientasikan klien dengan ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukagon↑ penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis hiperglikemia
lemak protein glycosuria
ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi
↓ pH Hemokonsentrasi
Asidosis Trombosis
Aterosklerosis
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
Hindarkan lantai yang licin.
Gunakan bed yang rendah.
Orientasikan klien dengan ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
ASKEP EFUSI PLEURA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari : sel-sel mesoteliat, jaringan ikat, pembuluh-pembuluh darah kapiler, dan pembuluh-pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan mediastinum.
Efusi pleura sering dijumpai. Dalam keadaan normal pleura parietalis menghasilkan cairan yang direabsorpsi oleh pleura viseralis. Kelebihan produksi cairan (misalnya akibat inflamasi) atau gangguan reabsorpsi menyebabkan akumulasi cairan. Gejala sesak napas timbul pada efusi dengan jumlah yang agak banyak.
Pleura mempunyai bentuk anatomi yang kompleks serta risiko kelainan patologi yang besar. Hal ini terlihat pada rongga pleura yang sewaktu-waktu dapat terkena keadaan patologis yang serius seperti efusi karena infeksi, neoplasma, hemotoraks, kilotoraks, empiema dan adanya udara karena pneumotoraks. Sedangkan tindakan peniadaan terhadap rongga pleura ini tidaklah memberikan akibat yang serius. Contoh keadaan ini dapat dilihat pada binatang gajah (mammalia), yang tidak mempunyai rongga pleura, sedangkan rongga yang potensial antara paru-paru dan dinding dada tugasnya digantikan oleh selapis jaringan yang elastis dan avaskular.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa prodi DIII Keperawatan dapat mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi, klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi dari efusi pleura.
2. Mahasiswa prodi DIII Keperawatan dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi pleura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan abnormal dalam rongga pleura rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
Ada beberapa jenis cairan yang bias berkumpul di dalam rongga pleura antara lain darah, nanh, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
1. Hemotoraks
Hemotoraks adalah keadaan dimana terdapat darah dalam rongga pleura dan biasanya terjadi akibat trauma/cidera di dada penyebab lainnya adalah :
- pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura misal darah yang berasal dari pembuluh darah interkostalis/pembuluh pulmoner.
- Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.
- Gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membuka secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang.
2. Empiema
Empiema adalah suatu keadaan dimana terdapat nanah di dalam rongga pleura, bias terjadi jika pneumonia atau abses paru dan menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bias merupakan komplikasi dari :
- Pneumonia.
- Infeksi pada cedera di dada.
- Pembedahan dada.
- Pecahnya kerongkongan.
- Abses di perut.
3. Kilotoraks
Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah bening pada rongga pleura.
Adapun sebab-sebab terjadinya kilotoraks antara lain :
- Kongental
Sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus, tapi terdapat fistula antara duktus torasikus rongga pleura.
- Trauma
Yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau pukulan pada dada (dengan/tanpa fratur).
Yang berasal dari efek operasi daerah torakolumbal, reseksi esophagus 1/3 tengah dan atas, operasi leher, operasi kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.
- Obstruksi
Karena limfoma malignum, metastasis karsinima ke mediastinum, granuloma mediastinum (tuberkulosis, histoplasmosis).
Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap duktus torasikus secara kombinasi. Disamping itu terdapat juga penyakit trombosis vena subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan duktus torasikus dan menyebabkan kilotoraks.
4. Fibrotoraks
Fibrotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan fibrin di dalam rongga pleura yang kemudian menjadi jaringan non elastis dan membuat kedua lapisan pleura jadi melengket satu sama lain. Hal ini disebabkan tidak sempurnanya pengaliran hemotoraks, empiema atau pleuritis tuberkulosa yang lama. Fibrotoraks dapat menyebabkan mengecilnya pengembangan paru dan berkurangnya fungsi ventilasi paru sampai tidak berfungsi sama sekali. Penarikan oleh jaringan fibrin dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan pergeseran mendiastinum kea rah sisi fibrotoraks dan terjadinya hiperinflasi paru kontralateral dan seterusnya mengurangi fungsi respirasinya. Pada anak dengan fibrotoraks dapat terjadi scoliosis dan malah bertahun-tahun kemudian dapat menimbulkan gagal pernafasan (respiratory distress).
Lapisan fibrin yang abnormal sering disebut juga sebagai pleura yang menebal, tapi ini salah karena pleura yang menebal, tapi ini salah karena pleura tidak dapat menebal melainkan ia ditutupi suatu lapisan jaringan padat yang disebut peel. Peel ini berwarna agak kemerahan (jingga) dan dapat dilepaskan dari permukaan paru. Tapi kadang-kadang peel ini melengket dengan kuat pada pleura dan jaringan paru dibawahnya dan hanya dapat dilepaskan dengan operasi/sayatan pembebasan pleura yang dikenal sebagai dekortikasi.
Dulunya dekortikasi ini banyak dikerjakan untuk memperbaiki fungsi paru, tapi sekarang agak jarang karena fibrotoraks dapat dicegah dengan pengaliran keluar dengan segera cairan empiema, hemotoraks dan efusi yang kronis.
2.2 ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru).
Efusi pleura terjadi karena :
1. Hambatan reasorbsi cairan dari rongga pleura karena adanya bendungan. Misalnya : pada decompensasi eordis, tumor mediatinum, penyakit ginjal dan syndrome vena karva superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan karena adanya radang.
Misalnya : Tuberculose, pneumonia
Di Indonesia 80% karena TBC adapun penyebab lain efusi pleura yang lain antara lain :
1. Neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan umumnya menyebabkan efusi pleura.
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma yakni :
- Dengan menumpuknya sel-sel tumor, akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein.
- Adanya masa tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul hipoproteinemia.
2. Kardiovaskuler
- Gagal kongestif
Gagal kongestif (payah jantung) merupakan salah satu penyebab efusi pleura. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan iltrasi pada pleura parietal. Disamping itu peningkatan tekanan kapiler pulmonai akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.
- Emboli pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisiparu yang terkena emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru atau pun tanpa infark. Emboli menyebabkan menurunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan dengan afusi yang berdarah (warna merah).
- Perikarditis
3. Penyakit abdomen.
- Sirosis hepatis
Efusi pleura dapat terjadi pada penderita dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura timbulnya bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Kebanyakan efusi menempati pleura kanan (70%) dan efusi bisa juga terjadi bilateral.
- Sindrow Meig
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium (jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadinya efusi pleura ini masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dibuang, efusi pleura dan asitesnya pun segera menghilang. Adanya massa di rongga pelvia disertai asites dan eksudat cairan pleura sering ditafsirkan sebagai neoplasma dan metastasisnya.
- Dialisis Peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.
4. Infeksi
- Bakteri (bakteri piogenik)
permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding dada atau esofagus.
Bakteri yang sering ditemukan adalah :
Aerob : Streptokokus pneumonia, Streptokokus mileri, Stafilokokus aureus, Hemofilus spp, E. koli, Klebsiela, Pseudomonas spp.
Anaerob : Bakteroides spp, Peptostreptokokus, Fusobaktereium.
- Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja.
Jenis-jenis virusnya adalah : ECHO virus, Coxsackie group, Chlamydia, Rickettsia dan Mikoplasma.
- Jamur (fungi)
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungsi dari jaringan paru.
Jenis fungsi penyebab pleuritis adalah : Aktinomikosis, Koksidioidomikosis, Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmosis, Bilastomikosis.
- Parasit
Parasit yang dapat menginfestsi kedalam rongga pleura hanyalah ameba. Bentuk tropozoitnya dating dari perenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan yang ditimbulkannya.
5. Lain-lain
Lupus erimatosus sistemik
Dari etiologi di atas bisa terjadi yang berbeda :
1. Efusi pleura Transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang sering kali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberculosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bias menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Artritis rematoid
Sindrom nefrotik
Uremia
2.3. PATOFISIOLOGI & WOC
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan ini jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi cairan oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis sebesar 10 cm H2O.
Akumulasi cairan dapat terjadi :
1. Tekanan koloid osmotik menurun dalam darah
Missal : Hypoalbuminemia
2. Terjadi Peningkatan
Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
Tekanan hydrostatic di pembuluh darah ke jantung (kegagalan jantung kiri)
Tekanan negative indra pleura (atelektasis)
WOC
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Gejala lain timbul nerdasarkan penyakit dasarnya seperti :
• Bising jantung (pada payah jantung)
• Lemas yang progresif disertai berat badan yang menurun (pada neoplasma)
• Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (karsinoma bronchitis)
• Tumor di organ lain (metastasis)
• Demam subfebril (pada tuberculosis)
• Demam menggigil (pada empiema)
• Asites (pada sirosis hepatitis)
• Asites dengan tumor di pelvis (pada sindrom Meig)
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuatdiagnosa efusi pleura antara lain :
1. Rontgen dada
Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis ofusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.
2. USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan. Jumlahnya sedikit dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.
3. CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis.
Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diuagnostik maupun terapeutik.
Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah paru di sela iga IX garis aksilaris posterior dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru.
Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.
5. Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Komplikasi biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
6. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-xantho-ctrorne Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena ameba
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Transudat Eksudat
- Kadar protein dalam efusi (g/dl)
- Kadar protein dalam efusi
Kadar protein dalam serum
- Kadar LDH dalam efusi (I.U)
- Kadar LDH dalam efusi
Kadar LDH dalam Serum
- Berat jenis cairan efusi
- Rivalta < 3.
< 0,5
< 200
< 0,6
< 1,016
negatif > 3.
> 0,5
> 200
> 0,6
> 1,016
positif
Di. samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia diperiksakan juga pada cairan pleura :
- kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
- kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis adenokarsinoma.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
- Sel neutrofil : menunjukkan adanya infeksi akut.
- Sel limfosit : menunjukkan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum
- Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.
- Sel mesotel maligna : pada mesotelioma
- Sel-sel besar dengan banyak inti : pada arthritis rheumatoid
- Sel L.E : pada lupus eritematosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli, Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.
Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanys dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.
Pemeriksaan Laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Cairan Pleura
Hitung sel total
Protein total
Laktat dahidrogenase
Pewarnaan Gram dan tahan asam
Biakan
Glukosa
Amylase
pH
Sitologi
Hematokrit
Komplemen
Preparat sel LE Hitung diferensial, hitung sel darah merah, sel jaringan
Rasio protein cairan pleura terhadap seum > 0,5 menunjukkan suatu eksudat
Bila terdapat organisme, menunjukkan empiema
Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur dan mikobakteria harus ditanam pada lempeng
Glukosa yang rendah (< 20 mg/dL) bila gula darah normal menunjukkan infeksi atau penyakit reumatoid
Meningkat pada pankreatitis, robekan esofagus
Efusi parapneumonik dengan pH > 7,2 dapat diharapkan untuk sembuh tanpa drainase kecuali bila berlokusi. Keadaan dengan pH < 7,0 menunjukkan infeksi yang memerlukan drainase atau adanya robekan esophagus.
Dapat mengidentifikasineoplasma
Pada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat membantu membedakan hemotoraks dari torasentesis traumatik
Dapat rendah pada lupus eritematosus sistemik
Bila positif, mempunyai korelasi yang tinggi dengan diagnosis lupus aritematosus sistemik
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain
8. Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru.
9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau tuberculosis pleura.
Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan beberapa biopsy.
2.6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka periu diiakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau seJang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Penanganan Akut dan Penanganan Kronis Pada Efusi Pleura
Penanganan akutefusi pleura. Penanganan yang pasti terdiri atas pengenalan dan terapi penyakit primer secara cepat.
A. Efuai pleura simtomatik membutuhkan drainase cairan dengan torasentesis atau torakotomi pipa. Tak lebih dari 1-1,5 L cairan boleh dibuang sekaligus untuk mencegah edema paru-paru akibai reekspansi. Bila jumlah yang lebih banyak ingin dikeluarkan, harus ada selang waktu 1 jam di antara tiap tindakan drainase.
B. Empiema, suatu efusi eksudatif yang terinfeksi, memerlukan drainase lewat torakotomi pipa tertutup kalau efusi berlokulasi atau kalau pH caiian pleura kurang dari 7,2.
Penanganan kronis efusi pleura
A. Efusl yang mengalir bebas (misalnya, efusi yang menyertai asites, efusi parapneumonik dengan pH > 7,2) biasanya sembuh setelah penyakit yang mendasari diobati dan tidak membutuhkan terapi khusus.
B. Efusi berulang yang luas misalnya yang menyertai neoplasma dapat membutuhkan drainase berulang kali dengan torasentesis atau torakotomi pipa. Bila efusi terbentuk kembali setelah 2 atau 3 kali dilakukan drainase, harus dicoba skleroterapi dengan bahan kimia misalnya tetrasiklin, 50 mg dalam 50 mL garam faal, atau mekloretamin, 10 mg dalam 50 mL air steril.
C. Efusi yang berlokulasi dan empiema membutuhkan drainase. Torakotomi pipa biasanya sudah memadai, tetapi kadang-kadang diperlukan drainase bedah.
Adapun penanganan pada :
1. Empiema
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluardari pleura (dekortikasi).
2. Hemotoraks
Jika darah memasuki rongga pleurahempotoraks biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan
3. Kilotoraks
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
2.7. KOMPLIKASI EFUSI PLEURA
A. Infeksi. Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat rrangakibatkan
infeksi (empiema primer), dan efus pleura dapat menjadi terinfeksi setelah
tindakan torasentesis {empiema sekunader). Empiema primer dan sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui.
B. Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi dengan
membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-reseksi
pleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi infeksi
dan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik dilakukan
dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena selama
jangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan baik
(fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah.
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
- Riwayat
Efusi pleura harus dicurigai pada pasien yang mengeluh nyeri dada atau dispnea. Bila efusi pleura telah dipastikan melalui pemeriksaan fisik dan radiografi toraks, harus dicari kemungkinan penyebab utamanya lewat anamnesis.
- Pemeriksaan Fisik
1. Palpasi toraks dapat memperlihatkan sisi toraks yang mengalami efusi terlambat berekspansi
2. Perkusi pada daerah efusi memperlihatkan bunyi pekak. Fremitus taktil tak ada.
3. Auskultasi mengungkapkan berkurang atau hilangnya bunyi nafas pada daerah efusi. Atelektasis pada batas efusi dapat menimbulkan egofoni (perubahan « I » ke « E »).
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola napas yang berhubungan dengan ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura.
Intervensi keperawatan :
1. Identifikasi faktor penyebab/pencetus seperti trauma, keganasan, infeksi dan komplikasi dari mekanisme ventilasi yang berubah.
Rasional : dengan mengetahui penyebab dapat ditentukan terapi yang tepat.
2. Observasi pernafasan, catat kecepatan dan kedalaman nafas, adanya dispneu, sianosis dan perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : perubahan dalam kedalaman dan kecepatan pernafasan serta perubahan tanda-tanda vital dapat mengarah pada keadaan shock karena hipoksia, stress dan nyeri.
3. Auskultasi suara nfas dan adanya suara nafas tambahan
Rasional : kemungkinan suara berkurang atau hilang di lobus, segmen paru, seluruh paru atau sebagian. Pada bagian yang atelektasis tidak terdengar suara nafas dan pada bagian yang kolab suara nafas berkurang.
4. Bantu klien dalam latihan nafas dalam dan tekan daerah yang nyeri jika batuk.
Rasional : dengan menekan dada dan perut, membuata batuk lebih efektif dan mencegah traumatic, sedangkan nafas dalam untuk melatih ekspansi paru.
5. Atur posisi yang nyaman
Rasional : Memberikan kesempatan paru untuk mengembang secara maksimal.
6. Berikan support mental dan Bantu kliem dalam mengatasi kecemasan
Rasional : Kecemasan dapat timbul karena kesukaran bernafas dan mempengaruhi hypoksia.
Kolaborasi :
7. Foto thoraks ulang
Rasional : memonitor kemajuan dari intervensi yang telah dilakukan dan mengobservasi kemajuan ekspansi paru.
8. Monitor hasil analisa gas darah
Rasional : Memantaustatus pertukaran gas dan ventilasi atau beritahu keperluan untuk perubahan di dalam terapi.
9. Berikan oksigen jika ada indikasi
Rasional : Membantu didalam mengurangi kerja pernafasan, membebaskan kesulitan respirasi dan sianosis sehubungan dengan hypoksia.
2. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi Keperawatan
1. Kaji derajat ketidaknyamanan. Pikirkan suatu skala nyeri dengan pasien. Obati dengan analgesic sesuai pesanan, gunakan skala nyeri untuk mengevaluasi dan mencatat efektivitas obat
2. pantau tanda vital
3. Berikan tindakan nyaman missal pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi / latihan nafas
4. Berikan obat analgesic dan antibiotic
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan suplai oksigen.
Intervensi Keperawatan :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat lapor dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
6. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
4. Gangguan pertukaran gas ybd penurunan suplai oksigen
5. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan post torakosentesis (pungsi plkeura).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan secara abnormal dalam rongga Pleura (rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada).
Ada beberapa jenis cairan yang bisa terkumpul didalam rongga pleura antara lain darah, nanah dan cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
- Hemotoraks (terdapat darah dalam rongga pleura)
- Empiema (terdapat nanah dalam rongga pleura)
- Kilotoraks (terdapat getah bening dalam rongga pleura)
- Fibrotoraks (terdapat getah bening dalam rongga pleura)
- Fibrotoraks (terdapat fibrin dalam rongga pleura)
Adapun etiologi dari efusi pleura adalah sebagai berikut : Neoplasma, kardiovaskuler, penyakit abdomen, infeksi, uremia, sindrom nefrotik, dll.
Dan manifestasi klinisnya tyaitu biasanya sering terjadi:
- sesak
- Nyeri dada
- Bisisng jantung
- Demam menggigil
- Batuk yang kadang2 berdarah dll.
Disamping itu pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
1) Rontgen Dada
2) USG Dada
3) CT Scan Dada
4) Scanninbg Isotop
5) Brankoskopi
6) Torakoskopi
DAFTAR PUSTAKA
- Soeparman dkk.1990. Ilmu Penyakit dalam edisi II jakarta : Balai Penerbit FKUI
- Amin, Muhammad.1989.Pengantar Ilmu Paru Surabaya : Airlangga University Press.
- Stein, Jay H.2001.Panduan Klinik Ilmu Penyakit dalam Jakarta : EGC
- Swearingen.2001. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :EGC.
- www.medicastore.com
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari : sel-sel mesoteliat, jaringan ikat, pembuluh-pembuluh darah kapiler, dan pembuluh-pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan mediastinum.
Efusi pleura sering dijumpai. Dalam keadaan normal pleura parietalis menghasilkan cairan yang direabsorpsi oleh pleura viseralis. Kelebihan produksi cairan (misalnya akibat inflamasi) atau gangguan reabsorpsi menyebabkan akumulasi cairan. Gejala sesak napas timbul pada efusi dengan jumlah yang agak banyak.
Pleura mempunyai bentuk anatomi yang kompleks serta risiko kelainan patologi yang besar. Hal ini terlihat pada rongga pleura yang sewaktu-waktu dapat terkena keadaan patologis yang serius seperti efusi karena infeksi, neoplasma, hemotoraks, kilotoraks, empiema dan adanya udara karena pneumotoraks. Sedangkan tindakan peniadaan terhadap rongga pleura ini tidaklah memberikan akibat yang serius. Contoh keadaan ini dapat dilihat pada binatang gajah (mammalia), yang tidak mempunyai rongga pleura, sedangkan rongga yang potensial antara paru-paru dan dinding dada tugasnya digantikan oleh selapis jaringan yang elastis dan avaskular.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa prodi DIII Keperawatan dapat mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi, klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi dari efusi pleura.
2. Mahasiswa prodi DIII Keperawatan dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada klien dengan efusi pleura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan abnormal dalam rongga pleura rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
Ada beberapa jenis cairan yang bias berkumpul di dalam rongga pleura antara lain darah, nanh, cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
1. Hemotoraks
Hemotoraks adalah keadaan dimana terdapat darah dalam rongga pleura dan biasanya terjadi akibat trauma/cidera di dada penyebab lainnya adalah :
- pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura misal darah yang berasal dari pembuluh darah interkostalis/pembuluh pulmoner.
- Kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura.
- Gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membuka secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melalui sebuah jarum atau selang.
2. Empiema
Empiema adalah suatu keadaan dimana terdapat nanah di dalam rongga pleura, bias terjadi jika pneumonia atau abses paru dan menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bias merupakan komplikasi dari :
- Pneumonia.
- Infeksi pada cedera di dada.
- Pembedahan dada.
- Pecahnya kerongkongan.
- Abses di perut.
3. Kilotoraks
Kilotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan kil/getah bening pada rongga pleura.
Adapun sebab-sebab terjadinya kilotoraks antara lain :
- Kongental
Sejak lahir tidak terbentuk (atresia) duktus torasikus, tapi terdapat fistula antara duktus torasikus rongga pleura.
- Trauma
Yang berasal dari luar seperti penetrasi pada leher dan dada, atau pukulan pada dada (dengan/tanpa fratur).
Yang berasal dari efek operasi daerah torakolumbal, reseksi esophagus 1/3 tengah dan atas, operasi leher, operasi kardiovaskular yang membutuhkan mobilisasi arkus aorta.
- Obstruksi
Karena limfoma malignum, metastasis karsinima ke mediastinum, granuloma mediastinum (tuberkulosis, histoplasmosis).
Penyakit-penyakit ini memberi efek obstruksi dan juga perforasi terhadap duktus torasikus secara kombinasi. Disamping itu terdapat juga penyakit trombosis vena subklavia dan nodul-nodul tiroid yang menekan duktus torasikus dan menyebabkan kilotoraks.
4. Fibrotoraks
Fibrotoraks adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan fibrin di dalam rongga pleura yang kemudian menjadi jaringan non elastis dan membuat kedua lapisan pleura jadi melengket satu sama lain. Hal ini disebabkan tidak sempurnanya pengaliran hemotoraks, empiema atau pleuritis tuberkulosa yang lama. Fibrotoraks dapat menyebabkan mengecilnya pengembangan paru dan berkurangnya fungsi ventilasi paru sampai tidak berfungsi sama sekali. Penarikan oleh jaringan fibrin dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan pergeseran mendiastinum kea rah sisi fibrotoraks dan terjadinya hiperinflasi paru kontralateral dan seterusnya mengurangi fungsi respirasinya. Pada anak dengan fibrotoraks dapat terjadi scoliosis dan malah bertahun-tahun kemudian dapat menimbulkan gagal pernafasan (respiratory distress).
Lapisan fibrin yang abnormal sering disebut juga sebagai pleura yang menebal, tapi ini salah karena pleura yang menebal, tapi ini salah karena pleura tidak dapat menebal melainkan ia ditutupi suatu lapisan jaringan padat yang disebut peel. Peel ini berwarna agak kemerahan (jingga) dan dapat dilepaskan dari permukaan paru. Tapi kadang-kadang peel ini melengket dengan kuat pada pleura dan jaringan paru dibawahnya dan hanya dapat dilepaskan dengan operasi/sayatan pembebasan pleura yang dikenal sebagai dekortikasi.
Dulunya dekortikasi ini banyak dikerjakan untuk memperbaiki fungsi paru, tapi sekarang agak jarang karena fibrotoraks dapat dicegah dengan pengaliran keluar dengan segera cairan empiema, hemotoraks dan efusi yang kronis.
2.2 ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus paru-paru).
Efusi pleura terjadi karena :
1. Hambatan reasorbsi cairan dari rongga pleura karena adanya bendungan. Misalnya : pada decompensasi eordis, tumor mediatinum, penyakit ginjal dan syndrome vena karva superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan karena adanya radang.
Misalnya : Tuberculose, pneumonia
Di Indonesia 80% karena TBC adapun penyebab lain efusi pleura yang lain antara lain :
1. Neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura dan umumnya menyebabkan efusi pleura.
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma yakni :
- Dengan menumpuknya sel-sel tumor, akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein.
- Adanya masa tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul hipoproteinemia.
2. Kardiovaskuler
- Gagal kongestif
Gagal kongestif (payah jantung) merupakan salah satu penyebab efusi pleura. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler dinding dada sehingga terjadi peningkatan iltrasi pada pleura parietal. Disamping itu peningkatan tekanan kapiler pulmonai akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat.
- Emboli pulmonal
Efusi pleura dapat terjadi pada sisiparu yang terkena emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru atau pun tanpa infark. Emboli menyebabkan menurunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan dengan afusi yang berdarah (warna merah).
- Perikarditis
3. Penyakit abdomen.
- Sirosis hepatis
Efusi pleura dapat terjadi pada penderita dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura timbulnya bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Kebanyakan efusi menempati pleura kanan (70%) dan efusi bisa juga terjadi bilateral.
- Sindrow Meig
Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada ovarium (jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis terjadinya efusi pleura ini masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium tersebut dibuang, efusi pleura dan asitesnya pun segera menghilang. Adanya massa di rongga pelvia disertai asites dan eksudat cairan pleura sering ditafsirkan sebagai neoplasma dan metastasisnya.
- Dialisis Peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.
4. Infeksi
- Bakteri (bakteri piogenik)
permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding dada atau esofagus.
Bakteri yang sering ditemukan adalah :
Aerob : Streptokokus pneumonia, Streptokokus mileri, Stafilokokus aureus, Hemofilus spp, E. koli, Klebsiela, Pseudomonas spp.
Anaerob : Bakteroides spp, Peptostreptokokus, Fusobaktereium.
- Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja.
Jenis-jenis virusnya adalah : ECHO virus, Coxsackie group, Chlamydia, Rickettsia dan Mikoplasma.
- Jamur (fungi)
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungsi dari jaringan paru.
Jenis fungsi penyebab pleuritis adalah : Aktinomikosis, Koksidioidomikosis, Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmosis, Bilastomikosis.
- Parasit
Parasit yang dapat menginfestsi kedalam rongga pleura hanyalah ameba. Bentuk tropozoitnya dating dari perenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan yang ditimbulkannya.
5. Lain-lain
Lupus erimatosus sistemik
Dari etiologi di atas bisa terjadi yang berbeda :
1. Efusi pleura Transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru.
Jenis efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
2. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang sering kali disebabkan oleh penyakit paru-paru.
Kanker, tuberculosis dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh penyakit yang bias menyebabkan efusi pleura eksudativa.
Artritis rematoid
Sindrom nefrotik
Uremia
2.3. PATOFISIOLOGI & WOC
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 10-20 cc. Cairan ini jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi cairan oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis sebesar 10 cm H2O.
Akumulasi cairan dapat terjadi :
1. Tekanan koloid osmotik menurun dalam darah
Missal : Hypoalbuminemia
2. Terjadi Peningkatan
Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma)
Tekanan hydrostatic di pembuluh darah ke jantung (kegagalan jantung kiri)
Tekanan negative indra pleura (atelektasis)
WOC
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Gejala lain timbul nerdasarkan penyakit dasarnya seperti :
• Bising jantung (pada payah jantung)
• Lemas yang progresif disertai berat badan yang menurun (pada neoplasma)
• Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (karsinoma bronchitis)
• Tumor di organ lain (metastasis)
• Demam subfebril (pada tuberculosis)
• Demam menggigil (pada empiema)
• Asites (pada sirosis hepatitis)
• Asites dengan tumor di pelvis (pada sindrom Meig)
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk memperkuatdiagnosa efusi pleura antara lain :
1. Rontgen dada
Roentgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis ofusi pleura yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Foto dada juga dapat menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif pada keganasan, dan adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau abses paru.
2. USG Dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan. Jumlahnya sedikit dalam rongga pleusa. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan aspirasi cairan dalam rongga pleura. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.
3. CT Scan Dada
CT scan dada dapat menunjukkan adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya sehingga sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Hanya saja pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis.
Torakosentesis adalah pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiasan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diuagnostik maupun terapeutik.
Pelaksanaan torakosentesis sebaiknya dilakukan pada penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan toraks, pada bagian bawah paru di sela iga IX garis aksilaris posterior dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 – 1500 cc pada setiap kali aspirasi. Adalah lebih baik mengerjakan aspirasi berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema paru.
Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang abnormal.
5. Biopsi Pleura
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya maka dilakukan biopsi dimana contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50 -75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosa dan tumor pleura. Bila ternaya hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan beberapa biopsi ulangan. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Komplikasi biopsi antara lain pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
6. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-xantho-ctrorne Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukkan adanya abses karena ameba
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Transudat Eksudat
- Kadar protein dalam efusi (g/dl)
- Kadar protein dalam efusi
Kadar protein dalam serum
- Kadar LDH dalam efusi (I.U)
- Kadar LDH dalam efusi
Kadar LDH dalam Serum
- Berat jenis cairan efusi
- Rivalta < 3.
< 0,5
< 200
< 0,6
< 1,016
negatif > 3.
> 0,5
> 200
> 0,6
> 1,016
positif
Di. samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia diperiksakan juga pada cairan pleura :
- kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
- kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan metastasis adenokarsinoma.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
- Sel neutrofil : menunjukkan adanya infeksi akut.
- Sel limfosit : menunjukkan adanya infeksi kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum
- Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukkan adanya infark paru. Biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit.
- Sel mesotel maligna : pada mesotelioma
- Sel-sel besar dengan banyak inti : pada arthritis rheumatoid
- Sel L.E : pada lupus eritematosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen, (menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli, Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.
Pada pleuritis tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanys dapat menunjukkan yang positif sampai 20%.
Pemeriksaan Laboratorium terhadap cairan pleura dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Cairan Pleura
Hitung sel total
Protein total
Laktat dahidrogenase
Pewarnaan Gram dan tahan asam
Biakan
Glukosa
Amylase
pH
Sitologi
Hematokrit
Komplemen
Preparat sel LE Hitung diferensial, hitung sel darah merah, sel jaringan
Rasio protein cairan pleura terhadap seum > 0,5 menunjukkan suatu eksudat
Bila terdapat organisme, menunjukkan empiema
Biakan kuman aerob dan anerob, biakan jamur dan mikobakteria harus ditanam pada lempeng
Glukosa yang rendah (< 20 mg/dL) bila gula darah normal menunjukkan infeksi atau penyakit reumatoid
Meningkat pada pankreatitis, robekan esofagus
Efusi parapneumonik dengan pH > 7,2 dapat diharapkan untuk sembuh tanpa drainase kecuali bila berlokusi. Keadaan dengan pH < 7,0 menunjukkan infeksi yang memerlukan drainase atau adanya robekan esophagus.
Dapat mengidentifikasineoplasma
Pada cairan efusi yang banyak darahnya, dapat membantu membedakan hemotoraks dari torasentesis traumatik
Dapat rendah pada lupus eritematosus sistemik
Bila positif, mempunyai korelasi yang tinggi dengan diagnosis lupus aritematosus sistemik
7. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul. Bronkoskopi biasanya digunakan pada kasus-kasus neoplasma, korpus alineum dalam paru, abses paru dan lain-lain
8. Scanning Isotop
Scanning isotop biasanya digunakan pada kasus-kasus dengan emboli paru.
9. Torakoskopi (Fiber-optic pleuroscopy)
Torakoskopi biasnya digunakan pada kasus dengan neoplasma atau tuberculosis pleura.
Caranya yaitu dengan dilakukan insisi pada dinding dada (dengan resiko kecil terjadinya pneumotoraks). Cairan dikeluarkan dengan memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bias melihat kedua pleura. Dengan memakai bronkoskop yang lentur dilakukan beberapa biopsy.
2.6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka periu diiakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (atau seJang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Penanganan Akut dan Penanganan Kronis Pada Efusi Pleura
Penanganan akutefusi pleura. Penanganan yang pasti terdiri atas pengenalan dan terapi penyakit primer secara cepat.
A. Efuai pleura simtomatik membutuhkan drainase cairan dengan torasentesis atau torakotomi pipa. Tak lebih dari 1-1,5 L cairan boleh dibuang sekaligus untuk mencegah edema paru-paru akibai reekspansi. Bila jumlah yang lebih banyak ingin dikeluarkan, harus ada selang waktu 1 jam di antara tiap tindakan drainase.
B. Empiema, suatu efusi eksudatif yang terinfeksi, memerlukan drainase lewat torakotomi pipa tertutup kalau efusi berlokulasi atau kalau pH caiian pleura kurang dari 7,2.
Penanganan kronis efusi pleura
A. Efusl yang mengalir bebas (misalnya, efusi yang menyertai asites, efusi parapneumonik dengan pH > 7,2) biasanya sembuh setelah penyakit yang mendasari diobati dan tidak membutuhkan terapi khusus.
B. Efusi berulang yang luas misalnya yang menyertai neoplasma dapat membutuhkan drainase berulang kali dengan torasentesis atau torakotomi pipa. Bila efusi terbentuk kembali setelah 2 atau 3 kali dilakukan drainase, harus dicoba skleroterapi dengan bahan kimia misalnya tetrasiklin, 50 mg dalam 50 mL garam faal, atau mekloretamin, 10 mg dalam 50 mL air steril.
C. Efusi yang berlokulasi dan empiema membutuhkan drainase. Torakotomi pipa biasanya sudah memadai, tetapi kadang-kadang diperlukan drainase bedah.
Adapun penanganan pada :
1. Empiema
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah. Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluardari pleura (dekortikasi).
2. Hemotoraks
Jika darah memasuki rongga pleurahempotoraks biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).
Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan
3. Kilotoraks
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
2.7. KOMPLIKASI EFUSI PLEURA
A. Infeksi. Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat rrangakibatkan
infeksi (empiema primer), dan efus pleura dapat menjadi terinfeksi setelah
tindakan torasentesis {empiema sekunader). Empiema primer dan sekunder harus didrainase dan diterapi dengan antibiotika untuk mencegah reaksi fibrotik. Antibiotika awal dipilih gambaran klinik. Pilihan antibiotika dapat diubah setelah hasil biakan diketahui.
B. Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi ventilasi dengan
membatasi pengembangan paru. Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi sumber infeksi kronis, menyebabkan sedikit demam. Dekortikasi-reseksi
pleura lewat pembedahan-mungkin diperlukan untuk membasmi infeksi
dan mengembalikan fungsi paru-paru. Dekortikasi paling baik dilakukan
dalam 6 minggu setelah diagnosis empiema ditegakkan, karena selama
jangka waktu ini lapisan pleura masih belum terorganisasi dengan baik
(fibrotik) sehingga pengangkatannya lebih mudah.
2.8. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
- Riwayat
Efusi pleura harus dicurigai pada pasien yang mengeluh nyeri dada atau dispnea. Bila efusi pleura telah dipastikan melalui pemeriksaan fisik dan radiografi toraks, harus dicari kemungkinan penyebab utamanya lewat anamnesis.
- Pemeriksaan Fisik
1. Palpasi toraks dapat memperlihatkan sisi toraks yang mengalami efusi terlambat berekspansi
2. Perkusi pada daerah efusi memperlihatkan bunyi pekak. Fremitus taktil tak ada.
3. Auskultasi mengungkapkan berkurang atau hilangnya bunyi nafas pada daerah efusi. Atelektasis pada batas efusi dapat menimbulkan egofoni (perubahan « I » ke « E »).
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola napas yang berhubungan dengan ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan pada rongga pleura.
Intervensi keperawatan :
1. Identifikasi faktor penyebab/pencetus seperti trauma, keganasan, infeksi dan komplikasi dari mekanisme ventilasi yang berubah.
Rasional : dengan mengetahui penyebab dapat ditentukan terapi yang tepat.
2. Observasi pernafasan, catat kecepatan dan kedalaman nafas, adanya dispneu, sianosis dan perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : perubahan dalam kedalaman dan kecepatan pernafasan serta perubahan tanda-tanda vital dapat mengarah pada keadaan shock karena hipoksia, stress dan nyeri.
3. Auskultasi suara nfas dan adanya suara nafas tambahan
Rasional : kemungkinan suara berkurang atau hilang di lobus, segmen paru, seluruh paru atau sebagian. Pada bagian yang atelektasis tidak terdengar suara nafas dan pada bagian yang kolab suara nafas berkurang.
4. Bantu klien dalam latihan nafas dalam dan tekan daerah yang nyeri jika batuk.
Rasional : dengan menekan dada dan perut, membuata batuk lebih efektif dan mencegah traumatic, sedangkan nafas dalam untuk melatih ekspansi paru.
5. Atur posisi yang nyaman
Rasional : Memberikan kesempatan paru untuk mengembang secara maksimal.
6. Berikan support mental dan Bantu kliem dalam mengatasi kecemasan
Rasional : Kecemasan dapat timbul karena kesukaran bernafas dan mempengaruhi hypoksia.
Kolaborasi :
7. Foto thoraks ulang
Rasional : memonitor kemajuan dari intervensi yang telah dilakukan dan mengobservasi kemajuan ekspansi paru.
8. Monitor hasil analisa gas darah
Rasional : Memantaustatus pertukaran gas dan ventilasi atau beritahu keperluan untuk perubahan di dalam terapi.
9. Berikan oksigen jika ada indikasi
Rasional : Membantu didalam mengurangi kerja pernafasan, membebaskan kesulitan respirasi dan sianosis sehubungan dengan hypoksia.
2. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
Intervensi Keperawatan
1. Kaji derajat ketidaknyamanan. Pikirkan suatu skala nyeri dengan pasien. Obati dengan analgesic sesuai pesanan, gunakan skala nyeri untuk mengevaluasi dan mencatat efektivitas obat
2. pantau tanda vital
3. Berikan tindakan nyaman missal pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi / latihan nafas
4. Berikan obat analgesic dan antibiotic
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan suplai oksigen.
Intervensi Keperawatan :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat lapor dispnea, peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
6. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
4. Gangguan pertukaran gas ybd penurunan suplai oksigen
5. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan post torakosentesis (pungsi plkeura).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan secara abnormal dalam rongga Pleura (rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada).
Ada beberapa jenis cairan yang bisa terkumpul didalam rongga pleura antara lain darah, nanah dan cairan seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
- Hemotoraks (terdapat darah dalam rongga pleura)
- Empiema (terdapat nanah dalam rongga pleura)
- Kilotoraks (terdapat getah bening dalam rongga pleura)
- Fibrotoraks (terdapat getah bening dalam rongga pleura)
- Fibrotoraks (terdapat fibrin dalam rongga pleura)
Adapun etiologi dari efusi pleura adalah sebagai berikut : Neoplasma, kardiovaskuler, penyakit abdomen, infeksi, uremia, sindrom nefrotik, dll.
Dan manifestasi klinisnya tyaitu biasanya sering terjadi:
- sesak
- Nyeri dada
- Bisisng jantung
- Demam menggigil
- Batuk yang kadang2 berdarah dll.
Disamping itu pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
1) Rontgen Dada
2) USG Dada
3) CT Scan Dada
4) Scanninbg Isotop
5) Brankoskopi
6) Torakoskopi
DAFTAR PUSTAKA
- Soeparman dkk.1990. Ilmu Penyakit dalam edisi II jakarta : Balai Penerbit FKUI
- Amin, Muhammad.1989.Pengantar Ilmu Paru Surabaya : Airlangga University Press.
- Stein, Jay H.2001.Panduan Klinik Ilmu Penyakit dalam Jakarta : EGC
- Swearingen.2001. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :EGC.
- www.medicastore.com
Langganan:
Postingan (Atom)